Galau dan jengkel bisa membuat seorang kreatif. Bagi orang lain, galau dan jengkel mungkin cenderung negatif, tetapi buat seseorang SYL, galau dan jengkel bisa membuahkan sesuatu yang positif. Dapat berwujud gagasan dan ide menarik. Kegalauannya itu menyasar di sector pariwisata.

“Mengapa Sulawesi Selatan yang kaya potensi ini hanya memiliki Tana Toroja dan Bira, Bulukumba?,” guman kegalauannya.

Pada awal tahun 2014, SYL memberitahu dan meminta M.Jufri Rahman, Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Sulsel menemukan dua destinasi baru sebagai tujuan unggulan pariwisata selain kedua obyek yang sudah ada. Maka, ditunjuklah Karst Rammang-Rammang Maros di sebelah utara Kota Makassar dan Teluk Lainkang di selatan Kota Makassar.

Rammang-Rammang bukan tanpa alasan dilirik. Kawasan ini memiliki keunikan yang luar biasa. Di Indonesia tidak punya kompetitor. Di dunia saja hanya tiga kawasan dengan yang ada di Sulawesi Selatan ini. Satu di Tiongkok dan satu lainnya di Vietnam. Ini merupakan potensi dan keunggulan yang perlu dikembangkan secara maksimal. 

Rammang-Rammang aksesbilitasnya lebih mudah. Sebab, lebih dekat dari Makassar. Jika Rammang-Rammang digarap bersama Teluk Laikang di selatan, Sulsel dapat membuat link wisata baru yang dapat ditawarkan  guna memuaskan asa para wisatawan yang datang dengan cruise atau kapasa pesiar. Selama ini, kapal pesiar yang bersandar di pelabuhan Makassar, hanya sampai di Paotere, Pasar Terong, Benteng Ujungpandang, lalu kembali ke kapal. Uang yang dibelanjakan pun sedikit. Kalau Rammang-Rammang sudah dikelola dengan baik, akan dikemas link wisata Makassar-Maros, dan Makassar-Teluk Laikang, dalam satu hari, sehingga para turis akan lebih banyak membelanjakan duitnya. Pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat di lokasi obyek wisata, Rammang-Rammang khususnya.

Kegiatan festival yang dibuka SYL itu, meruapakan pertama dilakukan. Ibarat main bola, baru kick off. Semacam kegiatan awal. Tentu saja yang dilakukan awal itu pasti aka ada kekurangannya. Stelah kegiatan ini akan dievaluasi sebagai persiapan melaksanakan kegiatan bulan purnama (fullmoom) tahun berikutnya dikemas bersama dengan Bupati Maros.

Kegiatan yang diberi fullmoon tersebut dimeriahi oleh berbagai agenda lomba melukis, fotografi, dan penulisan yang dilakukan oleh para blogger. Tanggal 4 Agustus 2015 malam, dihelat gelar kesenian yang berkembang dikawasan Rammang-Rammang. Materi yang ditampilkan pun menjadi agenda lomba fotografi, melukis, dan penulisan yang dilaksanakan 5 Agustus 2015.

“Rammang-Rammang” ini dikenal menasional berawal pada tahun 2010. Ketika itu Pemkap Maros menampilkan obyek ini di majalah Lion Mag yang diterbitkan perusahaan penerbangan Lion Air. Promosi ini agaknya sangat efektif. Para penumpang membaca kisah obyek wisata ini.

“Mulailah saat itu banyak yang bertanya, di mana itu Rammang-Rammang,” cerita Ir.Hatta Rahman, Bupati Maros pada cara pembukaan festival.

Pasca promosi itu, secara alami orang mulai banyak berkunjung. Asosiasi Parawisata Indonesia (Asita) pun mengagendakan wisatawan berobyek ini bersama Bantimurung akan menjadi obyek wisata dunia.

Rammang-Rammang Maros, 4 Agustus 2015