Keberanian adalah salah satu  watak orang Sulawesi Selatan, orang Bugis, Makassar dan Toraja. Orang Sulsel selalu saja jujur, lempu, lambusu’, selalu saja getteng, tegas melakukan sesuatu sesuai apa yang dia komitmenkan. Orang Bugis-Makassar-Toraja selalu saja warani, berani. Berani hanya ada kalau kita benar, benar muncul karena punya cita-cita. Jadi orang yang berani saja seperti preman kemungkinan orang yang putus asa. Keberanian itu bukanlah ketiadaan rasa takut yang ada setelah menggunakan semua hitungan akal sehat. Makanya hati-hati dengan kata berani, karena itu harus dibedakan dengan nekat yang sama artinya dengan putus asa.

Kalau ada orang yang tidak takut, maka itu adalah kebodohan. Karena sebenarnya keberanian itu tidak lain, yakni tidak membiarkan ketakutan mengalahkan diri kita. Bahkan sejatinya, terkadang kita kelihatan tampil berani, tetapi itu kemudian mengkristal dan mendorong hadirnya keberanian yang sejati. Terkadang kita berlagak berani kemudian kita berani betul. Oleh karena itu berani hanya ada jika kita benar, dan berani yang benar itu kalau didorong oleh cita-cita, karena keberanian tergambar dari bagaimana kita merefleksikan situasi yang ada.

Itu sebabnya dalam situasi apa saja, pakailah otak, gunakan feeling dan jangan lupa hitung untung rugi dari sikap berani. Kita memang harus berani, maka hidup kita akan bakal biasa-biasa saja. Dan beranilah kalau kita benar. Lalu temukan kebenaran itu dalam cita-cita kita.*