Mahkamah Konstitusi (MK) telah membuktikan kita terhormat, tidak curang, kita demokratis dan terbaik. Kemenangan di MK menjadi sebuah momentum sakral yang bermakna religi. Makna kemenangan yang kita rasakan seprti saat Idul Fitri, Natal dan perayaan lainnya karena merupakan proses peningkatan dan pembelajaran kehidupan, belajar sabar, belajar mengalah dan uji strategi serta kecerdasan ilmu dan bakat.

Marilah, jangan bertambah usia tanpa hidup yang bermakna. Kita harus berupaya bagaimana harkat kita bertambah dan memahami hikmah kehidupan. Dari kemenangan ini, kita hanya menemukan diri semakin cerdas dan makin berpengalaman, tetapi juga harus makin bijaksana.

Ada tiga poin penting memaknai kemenangan yang kita capai, yakni :

  1. Kita tidak akan gentar mengarungi samudera kehidupan bahkan bersaing dengan siapa saja karena bersaing dalam pengertian positif justru akan memicu untuk tampil lebih baik dan sebagai pemenang.
  2. Kita akan tahan terhadap tantangan dan kritik, karena kritik dan tantangan itu merupakan evaluasi dan peluang mengoreksi langkah untuk keluar dari tantangan dan sebagai yang terbaik dan pemenang.
  3. Kita tidak akan rugi mengoreksi dan memperbaiki kalau ada yang salah atau keliru dan juga tidak ragu minta maaf dan memaafkan orang lain.

Kemenangan memang punya momentum untuk tetap disadari sebagai pembelajaran. Setidaknya, kita menyadari diri bahwa setiap kekeliruan patut kita berusaha  memperbaikinya sehingga memberi kita kesempatan baru dan penuh harapan lebih baik agar menjadi pemenang sejati.

 

                                                                                                @ Jakarta – Makassar, 26 Februari 2013