UNTUK kau yang masih kusukai. Saat gairahku mulai memuncak tak terbendung karena cintaku yang sudah mulai menyatu dengan darahku, maka saat ini aku mau tahu: kaukah benderaku yang menggodaku? Kaukah bagian dari jiwa, semangat, dan masa depanku? Kaukah bagian dari langit cerah pelindungku? Kaukah biru laut samuderakumyang memendang kekuatan yang tak terkira? Kaukah air yang tak putus dari sungai yang beribu muara? Kaukah itu yang hijau dan sejuknya gunungku yang tinggi?

            Kau indah. Kau kaya, tanah airku. Kau merah darah dagingku, kau putih benih dari jiwaku yang suci. Janganlah kau pergi jauh meninggalkanku.dan,aku rela mengawalmu indonesiaku.indonesiamu indonesia kita. Saat ini, tekadku hanya memenangkan engkau dengan rakyat yang besok harus lebih damai, lebih maju, lebih sejahtera dan bermartabat, karena kau indonesiaku yang tak boleh kalah dan harus terus maju!

            Seperti pula kata orang-orang bijak bahwa “jangan bertanya apa yang negara berikan padamu, tetapi bertanyalah apa yang telah kau berikan pada negara...”, segala gaiarah dan cintaku padamu adalah bagian dari penyerahan diri pada bangsa dan negara untuk memberikan yang terbaik.

 

(Solo-Yogyakarta, 27 November 2013)