Semangat nasionalisme anak bangsa tergerus dan mengalami degradasi dari waktu ke waktu. Di kekinian, perburuan pada kehidupan materialistik dan cenderung mengagungkan kapitalisme, membuat orang  berhadapan dengan tantangan-tantangan fragmatis yang sangat individualistis. Akibatnya, makna pengorbanan, gotong royong, tolong menolong, berfikir idealistis untuk bangsa dan mutulistik anak bangsa seakan diabaikan dan tidak perlu. Kini, anak bangsa terjebak mengejar harta, serakah, korupsi, dan egosentris kedaerahan menjadi anutan dan pembenaran dengan berbagai dalih akademik. Bahkan marah sedikit saja, mau merobek-robek NKRI. Dan pesan Tetta tetap terngiang agar menjaga negeri, yakni tanamkanlah pada diri bahwa “kita keluarga pahlawan” yang mendahulukan kepentingan negara.*

 

                                                                                                                                (10 November 2011)