ADA saat di mana kita merasa tekanan, tantangan, dan problematika seakan beruntun dan tak henti-hentinya. Kenapa, ya ? apa yang salah? Apa dosaku? Walaupun akal sehat kita mengatakan jika hal tersebut lumrah, bahagian dari hidup, tetapi tetap saja kita kecewa karena rasanya yang baik sudah kita lakukan.

            Memang, akal sehat juga tak mampu memahami. Bila kita telah bekerja secara tulus, baik, dan sangat keras demi rakyat, tetapi mengapa tetap saja ada hantaman di media massa, tudingan orang, dan tekanan lain yang sepertinya tidak berhenti. Itu sebabnya, kadang muncul kejengkelan, marah, meradang, gamang, merasa diperlakukan tidak adil, dizalimi, serta tervonis salah di mata orang dan media massa. Hati kita pun terkoyak karena seakan orang lain tidak menghargai apa yang kita perbuat, orang lain tidak menghargai kebaikan-kebaikan yang kita taburkan.

            Ya, sudahlah! Segala tudingan negatif dari hasil kerja kita, tetaplah harus menjadi pengalaman hidup. Ini bahagian untuk memantangkan kualitas hidup, sebab kita memang harus diuji lagi dengan kesabaran. Dan, itu akan memperkuat modal sukses kita di masa depan. Lagipula, tak satu pun pemimpin yang bisa memuaskan semua orang.

            Sudahlah, kita anggap ini bahagian ujian untuk mencapai kenaikan kelas berikut. Kalaulah begitu, biarkan badai itu berlalu sebab badai pasti berlalu. Mari terus bersabar dan terus berjuang. Atasi segala hambatan itu. cari teman-teman untuk membantu kita, dan teruslah berkarya. Toh, kita yakin Allah ada dan tidak tidur melihat niat dan perbuatan baik kita. Dan, kita tak perlu terpengaruh oleh beragam kezaliman dan hantaman media massa seakan ada orang yang ingin menjatuhkan reputasi dan prestasi yang kita capai bersama.

            Mari, kita terus membuktikan bahwa kita bekerja untuk rakyat. Toh, ini ibadah bagi kita, orang-orang yang jujur dan tulus bekerja, bukan koruptor yang mereka sangkakan!

 

                                                                        (Makassar-Jakarta, 11 Agustus 2014)