Kata-kata memang mudah diucapkan, karena lidah itu tak bertulang, akan tetapi yang benar adalah perkataan biasanya adalah cermin hati dan cermin pikiran! Oleh karena itu, jagalah per“kata”an kita, sebab kapan kata itu keluar maka itu sudah milik orang lain. Berusahalah  agar semua kata atau bahasa yang keluar dari mulut kita, lembut dan manis, tidak jorok, tidak ‘bau comberan’, tidak memaki, dan setiap hari berdoalah agar kata-kata kita yang terucap adalah kata-kata mulia.

Jika kita memuliakan kata, maka tentu kita tidak akan menyakiti orang lain. Apalagi kata-kata merupakan upaya yang paling gampang dilakukan untuk memberi arah dan petunjuk serta manfaat bagi orang lain yang dapat membahagiakannya. Toh, orang akan senang dan bahagia atas kata santun, ucapan terima kasih, kata-kata sanjungan, dan semua kata itu gratis untuk bisa diucapkan. Hasilnya, orang lain berbunga-bunga menerimanya.

Intinya cermati pikiran karena itu akan menjadi kata-kata. Cermati agama, budaya, dan kebiasaan karena itu bisa keluar spontan menjadi kata-kata. Makanya, waspadailah kata-katamu karena itu akan menjebak kita dalam tindakan. Kita harus hati-hati dengan kata-kata. Kalau berulang-ulang, boleh jadi itu memang tabiat dan watak. Yang pasti, kita tetaplah memuliakan kata dan mampu memotivasi orang lain untuk bersama mewujudkan kedamaian dan masa depan bersama yang lebih baik. Lagipula, pesan bijak selalu saja terngiang bahwa ucapan itu adalah doa. So? Mari kita mengucap kata yang baik-baik saja.

@Enrekang - Sidrap, 31 Juli 2013