Bicara politik pasti tidak melulu soal idealisme, lobi yang terus dan gencar dilakukan, bukan hanya soal jaringan maupun infrastruktur yang masif, tetapi politik harus dirakit dari momentum, pencitraan dan pembangunan persepsi serta opini publik yang menguntungkan.

Penguasaan media dan target-target media untuk pembentukan pencitraan secara strategis juga menjadi penentu. Disisi lain, public relation (PR) atau juru bicara yang cerdas, antisipatif dan tidak lamban akan menjadi faktor taktis yang harus tepat menggarap isu serta akan menjadi penopang  pencapaian sasaran.

Walaupun media bukan segalanya, tetapi ruang politik adalah siapa yang secara tepat menggarap isu yang membuat rakyat merasa terbela, rakyat merasa dapat menggantungkan harapan dan kebutuhannya, akan memberi dampak positif bagi mereka yang berada dalam tataran politik. Misalnya bagaimana menolak kenaikan BBM dan lain-lain yang membuat rakyat merasa dibela.

Begitulah mestinya mengolah isu, karena politik itu harus adu kecerdasan. Bukan sekedar ikut-ikutan alias mengekor pada kecerdasan orang lain! Intinya, perhatikan momentum dan isu sambil mengerjakan jaringan dan struktur.

                                                                                                @Istana Negara-Jakarta. 18 Juni 2013