ORANG yang baik agamanya dan baik adat budayanya, mesti dia dia tahu berterimah kasih dalam segala situasi dan keadaan yang saat ini diterimahnya. Apalagi kalau dia merasakan akan kemajuan kehidupan sehari-hari yang lebih baik dari tahun lalu, misalnya.  Maka kata ”alhamdulillah” harus selalu diucapkan. Itu penting karena capaian dan  keberhasilan yang ada saat ini kita raih, pasti karena bantuan dari tangan-tangan orang lain yang rela membantu dan menolong kita – pasti bukan hanya karena kepintaran dan kemampuan diri kita semata.

      Mestinya kita memang tahu berterimah kasih dan tidak sombong. Kecuali kalau kita memang hanya manusia tamak, provokator, dan sebagai orang yang dibesarkan dengan tabiat prejudice (prasangka) dan negative thinking (pikiran negatif), maka jabatan, pangkat, kedudukan, yang kita nikmati bagaikan surgawi itu, bisa jadi membuattidak ada ucapan kata syukur dan Alhamdulillah. Malah, kita tetap saja mengeluh dan tidak puas lalu membuat bahkan membuat trik-trik jahat pada kehidupan di sekitar kita. Akibatnya, jabatan yang kita emban justru tidak menjadi rahmat bagi orang lain maupun keluarga.

      Kalaulah tidak adanya ucapa terimah kasih, pada ilahi maupun pada orang-orang yang membantu, maka pasti kamu adalah manusia jahat yang mungkin saja menderita psikopat akut yang perlu dibenahi alias penyakit mental yang berbahaya. Makanya, patut kita ingat, sesuai pesan Tuhan lewat Al-QURAN bahwa “siapa yang tidak tahu bersyukur pada nikmat yang Allah berikan, maka akan dicabut nikmat yang ada padanya”.

      Pesan ilahi itu menyiratkan bahwa bekerjalah secara baik. Jadilah apa yang ada saat ini menjadi sesuatu yang menjadi rahmat dan karunia bagi dirimu, bagi keluargamu, bagi orang banyak, dan negaramu. Intinya, kita mestilah tahu bersyukur dan berterimah kasih pada Tuhan. Untuk itulah, kita harus shalat, beramal yang banyak, tulus, dan rajin berbuat baik.

 

                                                                                          (Jakarta, 4 Agustus 2014)