Senang atau tidak, Taiwan lebih maju, aman, tenteram, dan teratur dari Indonesia dan kampong kita. Taiwan mampu menjaga idiologi dan politiknya sebagai Negara baru yang eksis. Taiwan mampu menjaga kemandirian ekonomi yang luar biasa. Pendapatan rakyat 390 juta rupiah per kapita. Lebih tinggi dari Singapura yang 320 juta per kapita. Indonesia 30 juta per kapita, kurang lebih.

Kalau bidang pertanian, Taiwan melewati semua Negara. Sekarang modernisasi pertaniannya luar biasa. Buah apa yang tidak ada? Semua diproduksi dengan kualitas tinggi dan dimakan orang-orang elite se-dunia – karena dijamin higienitasnya. Tidak pakai pupuk anorganik. Dijamin sehat dan segar. Hebat memang.

Taiwan mampu memadukan antara riset, ilmu pengetahuan dan teknologi serta kualitas SDM yang ulet, berkarakter baik. Taiwan mampu menyinkronisasi hadirnya expert pada berbagai sector. Juga menyatunya program-program pemerintah yang berbasis ilmu pengetahuan dan perguruan tinggi, serta agenda aksi yang menggunakan mekanisasi dengan teknologi yang sangat tinggi. Demikian halnya Taiwan agresif mencari partner dengan Negara-negara di dunia untuk win-win pada semua hal.

Yang paling penting pemerintah pada sector bisnis hanya membuka jalan dan yang melakukan kerja private adalah private-private seckornya dan menjaga mutu dan kualitas hasih-hasil industrinya.Contohnya,pemerintah menjaga industri makin baik dengan menjaga berapa besar pekerja dalam industri itu dan berapa seharusnya expert-nya. Oleh karena itu,pemerintah men-training dan menyekolahkan pekerja yang ada untuk menjadi expert.

Kalau di Indonesia ada industri ribuan pekerjanya,expert-nya hanya10 orang.Di pikiran pemerintah ini harus dikendalikan dan tidak boleh terjadi.Kawasan industrinya sangat ketat diawasi pemerintah, bukan di takut-takuti industrinya melainkan dibantu memecahkan masalah-masalah kalau ada. Intihnya pemerinta tidak boleh Outo pilot.Harus men-drive akselerasi industri dan pertaniannya.Industri harus memberi gaji yang layak, jaminan kesehatan, kesejahteraan dan tidak boleh ada PHK tanpa restu pemerintah.

Kalau Negara survive atau aman, damai dan tenteram, secara langsung teresonansi dengan pendapatan rakyat yang tinggi. Lihatlah Taiwan yang pendapatan rakyatnya 360 juta per orang. Bandingkan ada provinsi di Timur Indonesia yang hanya 5 juta per orang. Ataukah sebaliknya akibat income per kapita rakyatnya tinggi maka mereka sejahtera, cukup makan, pendidikan, perumahan, standard of living-nya terpenuhi. Membuat masyarakatnya aman, damai, tenteram, dan teratur. Kaya ayam dan telur dong yang jelas kalau suasana kondusif maka semua profesi bisa berjalan, tidak ada hambatan, tidak ada yang membuat kita cemas, maka pemerintahan yang berwibawa mengatur dan menata kelola Negara dan rakyatnya agar semakin baik. Pengaturannya makin baik dan berkualitas, kesejahteraan rakyatnya, makin baik kualitas kesadaran berbangsa bernegara, termasuk kesadaran hukum yang ada.

Prinsip Negara Taiwan, kemajuan besok Negara adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah harus semakin mampu mencerdaskan rakyatnya, agar hidup mereka bisa menjawab tantangannya, yaitu hidup di alam yang mendunia atau global. Basis yang paling penting adalah IT, e-government, riset harus maksimal, tetapi karakter kerja keras, ulet, gotong-royong dan jujur dan tidak korupsi haruslah menjadi bagian yang memajukan kehidupan bersama Taiwan. Taiwan tidak boleh kalah dengan Negara manapun, apalagi China – itu yang saya tanggap dari tiga menteri dan Presiden Taiwan.

Karena pendapatan rakyat semakin baik itu, pemerintahnya mampu melakukan services yang semakin baik. Lihatlah kotanya yang ramai tetapi bersih dan indah. Jalan-jalannya bersusun sampai tiga – mungkin lebih, makanya tidak macet. (Kita di Sulsel mau bangun jalan untuk kepentingan umum susah tujuh keliling lantaran ganti-rugi tanah yang tidak tuntas-tuntas). Transportasi publik di bawah tanah sangat sempurna. Hijau di mana-mana. Bangunan tertinggi ke-4 dunia ada di Taiwan, 101 lantai. Parkiran teratur, ha…ha, tidak geng motor. Tidak ada polisi dan tentara yang keliatan berkeliaran di jalan. Pokoknya aman, damai, tenteram, teratur, dan menyenangkan. Itulah Taiwan hari ini. Bagaimana Sulsel dan Indonesia? Hallo!  Hallo!  Masa kalah?

Fasilitas transportasi yang sudah sangat tertata, membuat komunikasi dan jarak antarkota hamper tidak terasa dan menjadi hambatan bagi masyarakat kota. Artinya orang bisa tinggal di kota paling selatan Taiwan dan kerja di Taipei atau kota paling utara Taiwan. Betapa tidak, dari “Sabang Marauke”-nya. Taiwan, jalan-jalannya dari bertingkat dua sampai empat.  Highway empat jalur sampai 10 jalur. Belum lagi subway-nya modern dan cepat.

Karena demikian itu, pada pagi hari di kampong dan desa terasa sangat sunyi dan tidak ada orang. Pagi sampai sore, di jalan-jalan perumahan hampir tidak bertemu anak-anak, perempuan, dan orang-orang berkeliaran. Mereka asyik kerja, asyik sekolah dan di desa cenderung orang-orangnya baik laki-laki maupun perempuan ke Taipei dan kota-kota besar untuk kerja atau sekolah. Beda banget di Indonesia, masih banyak orang kongkow-kongkow sambil minum kopi atau duduk di perempatan jalan. Yang jelek di Taiwan, yang bertani tinggal orang-orang tua, anak mudanya semua ke kota.

Pertaniannya walaupun hasil padinya rata-rata 11 ton/ha dan harga beras kurang lebih 30.000/kg,atau 1 ha menghasilkan sampai dengan  300 juta per satu kali panen. Kalau dua kali atau tiga kali maka per tahun mereka bisa mendapat hasil 600 juta paling rendah. Artinya karena orang tua yang banyak bertani dan pekerja tidak banyak maka harus pakai teknologi, mekanisasi dan high tech pertanian. Itulah perlunya kita melihat dan akan kerjasama ke Taiwan. Selamat tinggal Taiwan.

Taiwan-Makassar, 9-12 Maret 2015