NA : Pendataan dan Pengawasan Korban Gempa dan Tsunami Sulteng, Harus Lebih Maksimal

Kasus pencabulan anak di bawah umur yang menimpa bocah berinisial HS (7), siswi sekolah dasar (SD) yang merupakan korban gempa dan tsunami di Palu Sulawesi Tengah (Sulteng) dan mengungsi  ke rumah keluarganya di Kompleks Perumahan BTN Bumi Permata Sudiang (BPS), Kecamatan Biringkanaya, Makassar, mendapat perhatian Gubernur Sulsel.

Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah mengaku, sejauh ini telah melakukan langkah yang maksimal bagi korban gempa dan tsunami Donggala, Sulteng yang mengungsi ke Makassar, mulai dari penjemputan hingga membawanya ke asrama haji atau rumah sakit.

"Jadi, semua yang kita jamin adalah korban gempa dan tsunami yang kita jemput kemudian bawa ke rumah sakit yang mengalami luka dan yang sehat dibawa ke Asrama Haji Sudiang, dan semuanya dikontrol dengan baik," kata Nurdin saat ditemui di Kantor Gubernur, Rabu (17/10/18).

"Semua korban gempa dan tsunami yang mengungsi ke asrama haji, mendapat jaminan mulai dari keamanan, kesehatan yang dijaga dengan baik sekali," pungkasnya.

Nurdin lebih lanjut juga mengaku, hingga saat ini jumlah pengungsi korban gempa dan tsunami Sulteng sekitar 15.000 orang,dan sebagian telah diambil keluarganya  masing-masing.

"Jumlah pengungsi korban gempa dan tsunami yang ke Makassar sekitar 15.000 orang dan sebagain telah diambil keluarganya, sehingga tanggung jawab diserahkan ke pemerintah daerah," lanjutnya.

"Saya berharap semua pengungsi Sulteng bisa didata dengan baik, termasuk yang telah diambil keluarganya,dan pemerintah Provinsi Sulsel terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah yang menjadi tempat tinggal para korban dan gempa tsunami, untuk memastikan langkah yang harus dilakukan serta apa yang dibutuhkan selanjutnya, serta menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan," tutupnya.

Rabu, 17 Oktober 2018 (Srrf/Na)