Kabupaten Jeneponto
Letak Geografi Kabupaten Jeneponto terletak antara 5o23'12” – 5o42’1,2” Lintang Selatan dan 119o29'12” – 119o56’44,9” Bujur Timur, dengan jumlah penduduk mencapai 342.700 jiwa pada tahun 2010. Berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Takalar di sebelah Utara, Kabupaten Bantaeng di sebelah Timur, Kabupaten Takalar sebelah Barat dan Laut Flores di sebelah Selatan. Luas wilayah Kabupaten Jeneponto tercatat 749,79 km persegi yang meliputi 114 desa dan kelurahan, 11 kecamatan, yaitu: Kecamatan Bangkala, Batang, Kelara, Binamu, Tamalatea, Bontoramba,, Rumbia, Turatea, Tarowang, Arungkeke, Bangkala Barat. Kabupaten Jeneponto terletak di ujung bagian Barat wilayah Propinsi Sulsel yang jarak tempuhnya dari Kota Makassar sekitar 90 km.
Potensi Daerah
Kabupaten Jeneponto juga dikenal sebagi penghasil nener dan benur ikan bandeng yang banyak dibudidayakan di Sulawesi Selatan. Wilayah Pesisir Kabupaten Jeneponto yang merupakan sentra produksi garam satu-satunya di pulau Sulawesi. Produksi garam tidak hanya mencukupi kebutuhan garam yodium untuk provinsi Sulawesi Selatan saja, tetapi juga menyuplai kebutuhan kawasan timur Indonesia. Kabupaten Jeneponto juga memiliki potensi pohon lontar (siwalan) yang begitu besar jumlahnya yang tersebar pada semua kecamatan sangat memungkinkan untuk pengembangan sentra industri gula merah. Saat ini pengelolaan gula merah rakyat masih dikelolah secara tradisional sehingga diperlukan adanya terknologi yang lebih modern untuk pengolahan gula merah yang diharapkan dapat menghasilkan produk gula merah dengan kualitas yang bersaing.
Serikaya, Ballo' Tanning, Ce'la, Bungung Salapang na Coto Jarang.. lima hal yang tak bisa terpisahkan dari Jeneponto. karena memang kelima hal ini selalu identik dengan Jeneponto. Buah serikaya yang mengandung banyak manfaat ini memang banyak terdapat di Kabupaten Jeneponto, bahkan semua penjual serikaya yang ada di Kota makassar yang berjualan di pinggir jalan Alauddin Makassar tepatnya di depan Pasar Tradisional Pa' Baeng-baeng itu berasal dari Kabupaten Jeneponto. Dini hari mereka sudah berangkat ke Kota Makassar hanya untuk menjajakan buah serikaya hasil kebun mereka di Kota daeng Makassar. Salut untuk orang-orang Jeneponto, mereka benar-benar pekerja Keras istilah Siri' Tuma Siri' melekat erat di dada mereka.
Ballo' Tanning alias Ballo' manis dari sadapan nira pohon lontar atau yang sering disebut oleh masyarakat Jeneponto dengan sebutan pohon Tala', adalah salah satu hal terunik yang ada di Kabupaten Jeneponto. Rasa dari Ballo' Tanning ini memang sangat manis dan tidak membuat penikmatnya mabuk, dari rasaya yang manis itulah sehingga ballo Tanning ini dapat digunakan sebagai minuman pelepas dahaga sehabis menempuh perjalanan jauh. Ballo' Tanning ini juga dapat diolah menjadi gula merah.
Ce'la atau dalam bahasa Indonesia dinamakan dengan garam atau bahasa ilmiahnya Sodium Chloride (NaCl) memang banyak terdapat di Butta Turatea Jeneponto, karena memang Jeneponto adalah salah satu sentra penghasil garam di Sulawesi Selatan. Ce'la alias garam yang dihasilkan Kabupaten Jeneponto masih terbilang tradisional, oleh karena itu garam dari Kabupaten Jeneponto banyak diminati oleh pelaku bisnis di luar Sulawesi Selatan yang nantinya akan diolah kembali untuk menjadi garam konsumsi dan industri. Yang ingin belajar dan mengetahui proses pembuatan garam, silahkan datang saja ke Jeneponto.
Belum sah rasanya kalau mengunjungi Kabupaten Jeneponto tanpa mencicipi salah satu kuliner khas Jeneponto yang bernama Coto Kuda dan Gantala' Jarang racikan Jeneponto. "Jarang" dalam bahasa indonesia berarti kuda. Rasa dari Coto berbahan dasar daging kuda ini hampir sama dengan rasa coto dengan bahan dasar daging sapi atau kerbau. Bagi anda yang tidak terbiasa menikmatinya mungkin tidak akan berselera untuk mencicipinya, tapi bagi saya coto kuda adalah hidangan yang nikmat dan mengundang selera, konon coto kuda ini dahulu adalah makanan yang khusus dihidangkan untuk para Karaeng (sebutan untuk seorang Raja) dan keluarga bangsawan saja. Setiap ada acara-acara keluarga atau pesta hidangan ini selalu ada, karena menurut orang-orang di Jeneponto, tidak sah atau ada sesuatu yang terasa kurang jika tidak menyuguhkan yang namanya Coto Jarang dan Gantala'na kepada tamu yang datang.
Pulau Harapan berada di sebelah barat Jeneponto dan dapat ditempuh sekitar 20 menit dengan menggunakan perahu motor dari Mallasoro. Keindahan pemandangan pulau Harapan yang masih alami ditambah tumbuhnya pepohonan yang rindang dan sejuk di sekeliling pulau serta keakraban dan keramahan penduduk setempat membuat suasana tenang penuh kedamaian yang sulit kita temui di wisata pulau lainnya bahkan dipulau Hawai di Amerika sana yang hanya unggul disektor fasilitas dan ketenaran karena didukung penuh oleh Pemerintah setempat
Air terjun Boro berada di Kecamatan Kelara sebelah utara Jeneponto sekitar 20 km dari Kota Bontosunggu dan membutuhkan waktu sekitar 30 menit dari kota dengan menggunakan kendaraan bermotor. Air terjun Boro memiliki daya tarik tersendiri yaitu ketinggiannya yang hanya 20 meter yang membuat aliran airnya sangat deras sehingga banyak pengunjung maupun masyarakat sekitar yang mandi langsung di bawah air terjun tersebut yang rasanya seperti dipijit pijit.
Mengunjungi Jeneponto tak lengkap rasanya bila tidak ke Air terjuang Je’ne Ariba. Je’ne Ariba berada di Desa Kapita kecamatan Bangkala. Air terjung ini memang belum bisa di sejajarkan dengan air terjun Takkapala yang ada di Malino, namun air terjuang Je’ne Ariba ini memiliki keunikan tersendiri untuk ditelusuri. Di mana saat memasuki kawasan ini, para pengunjungnya akan dijamu dengan keindahan pegunungan yang cukup memukau dan mempesona. Selanjutnya menuju ke arah obyek, pengunjung kembali diwajibkan untuk menelusuri perkebunan jagung, jambu menteh dan tambak ikan. Ini tentu saja menjadi keasyikan dan tantangan tersendiri bagi Anda yang suka berpetualang ke alam bebas. Sekilas, perjalanan akan sangat melelahkan saat menuju lokasi Je’ne Ariba, tapi Anda tak perlu khawatir mengingat keindahan alam yang bertebaran di seputar jalan menuju area air terjun membuat kita tak merasakan hal ini. Malah sebaliknya decak kagum selalu datang menghampiri. Kesejukan air telaga di Je’ne Ariba sangat bening dan segar. Di kawasan ini sangat sering digunakan sebagai tempat rekreasi masyarakat umum yang bertanda bersama keluarga, khususnya pada hari Minggu yang juga bersamaan hari pasar di seputaran desa Kapita ini. Jarak tempuh wisata Je’ne Ariba sekitar 25 km dari kota Jeneponto.
Di Desa Bontorappo, Kecamatan Taroang, Kabupaten Jeneponto, Sulsel, sekitar 10 kilometer dari pusat pemerintahan Jeneponto terdapat Permandian alam “Bungung Salapang”.Lokasi yang akrab dengan sebutan sembilan sumur ini ditempuh dengan berjalan kaki di medan bebatuan yang curam selama kurang lebih 15 menit.
Permandian alam itu, dijaga oleh seorang pria yang akrab disapa Daeng Ma’ra yang mengakui sembilan sumur itu adalah peninggalan raja-raja Turatea dan Binamu di daerah terkering di Sulsel.
Pria yang mengaku telah tujuh tahun menjaga kawasan wisata itu menjelaskan, biasanya pengunjung yang telah berniat melakukan sesuatu akan kembali lagi ke tempat itu untuk memberikan persembahan berupa nasi putih, telur ayam kampung, beras ketan hitam dan merah sebagai tanda ucapan syukur atas doa keinginan mereka yang telah terkabul.
Tempat wisata ini juga sangat menarik untuk dikunjungi, karena bisa disebut sebagi wisata Budaya. Di mana air yang ada di dalam Bungung Salapang ini tidak pernah habis meskipun banyak orang yang memakainya, dan hal itu sudah terjadi ratusan tahun yang lalu. Bungung Salapang, oleh sebagian masyarakat Jeneponto juga dipercayai selain dapat menghilangkan berbagai macam penyakit yang ada dalam tubuh, bisa awet mudah juga bisa ketemu jodoh. Dengan cara orang tersebut harus datang dengan niat baik dan tulus, untuk memohon (nasar), sambil mengikat tali yang menyerupai akar-akaran di seputaran pohon atau area Bungung Salapang, sambil berucap dalam hati ‘ Aku akan kembali melepas tali ini setelah jodohku aku temukan ’ lalu membasuh air ke muka. Percaya tidak percaya tempat wisata ini banyak dikunjungi masyarakat dari dalam dan luar Jeneponto.
Saat ini kawasan Bungung Salapang menjadi potensi khasanah yang unik karena keragaman budaya yang ada di Masyarakatnya selalu berpulang pada kesejahteraan dan kebahagiaan bersama. Sebagian masyarakat mengkulturkan dan menjadikan tempat tersebut sakral. Pengunjung bisa beristirahat di beberapa pondokan yang disiapkan masyarakat setempat untuk beristirahat atau berkumpul bersama keluarga.
Kualitas garam yang dikelola secara tradisional dapat di temukan di Jeneponto. Pengolahan yang tradisional menjadikan garam dari sini cukup diperhitungkan oleh pelaku bisnis dari luar Sulsel. Pada umumnya Garam di sini diolah kembali untuk dijadikan garam konsumsi maupun untuk garam industri, namun bahan penggunaannya tidak mengandung unsur kimia yang merusak. Lahan pembuatan garam di sini dibuat berpetak-petak secara bertingkat, sehingga bagi anda yang ingin mengetahui lebih dalam lagi cara menghasilkan dan membuat garam, Anda tinggal mengunjungi kawasan Nassara di Jeneponto.