Gubernur provinsi sulsel Nurdin Abdullah menerima kunjungan kelompok petani kakao di Kantor Gubernur Sulsel, Selasa, 24 November 2020.
Pada kesempatan itu Gubernur Sulsel mendapat laporan dari Aminah Medama, Kelompok Sinangkala di Luwu Utara yang menyampaikan minat petani menanam kakao masih tinggi, tapi karena terkendala banjir bandang beberapa waktu yang lalu sehingga banyak kebun kakao yang tersapu dan rusak.
"Beliau (Gubernur) meminta penjelasan, saya jelaskan bahwa minat petani menanam kakao masih tinggi. Hanya saja kita terkendala banjir besar di Luwu Utara, banyak kebun kakao yang tersapu banjir, sehingga mata pencariannya rusak,"ungkapnya.
Ia menyebutkan mendapat laporan Gubernur Sulsel langsung menelpon Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Sulsel, Andi Ardin Tjatjo.
"Gubernur Sulsel langsung merespon dengan cepat,Tadi beliau menelepon Kepala Dinas Perkebunan, beliau meminta untuk menganggarkan (bibit) kakao. Saya senang sekali Beliau tanggap sekali apa yang kami sampaikan,"sebutnya.
Ia berharap apa yang disampaikan gubernur dapat terealisasi, sehingga petani kakao bisa kembali bangkit dan menanam.
"Kami berharap ini semua segera terealisasi sehingga petani kakao bisa kembali bangkit dan menanam,"pungkasnya.
Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan (Sulsel) menyiapkan 850 ribu bibit kakao pada tahun 2021 bagi petani kakao yang terdampak bencana.
"Kita bisa bantu bibit semaksimal mungki supaya kembali bisa menanam,"ungkapnya.
Terpisah, Kadis Perkebunan Sulsel, Andi Ardin Tjatjo, menjelaskan, untuk tahun 2021 dianggarkan 850 ribu bibit kakao, dan akan diberikan kepada petani terdampak.
"Kelompok yang menghadap tadi akan kita ambil datanya, detailnya untuk kita bagikan di tahun 2021. CPCL harus satu tahun sebelum membagikan hibah," jelasnya.
CPCL adalah Calon Petani dan Calon Lokasi, mereka adalah petani/kelompok tani yang akan menerima bantuan sarana produksi sesuai dengan luas lahan yang diusahakan dalam kelompok hamparan di lokasi yang telah ditetapkan.
Ia mengungkapkan, hampir seluruh Indonesia mengalami penurunan produksi kakao, termasuk di Sulsel. Ini disebabkan karena kemampuan mitigasi dari petani yang masih lemah.
Saat ini, terjadi fenomena perubahan iklim global. Perubahan musim hujan berkepanjangan atau musim kemarau yang berkepanjangan.
"Kita sebut La Nina dan El Nino, peristiwa ini sangat sensitif di penanam kakao, apabila kita tidak melakukan mitigasi dan adaftasi. Pengetahuan ini harus dimiliki oleh petani untuk menghadapi kondisi ini, karena tanaman kakao sangat sensitif pada perubahan iklim," paparnya.
Fenomena ini membuat tanaman kakao di seluruh Indonesia, sudah tidak mampu hidup dengan syarat tumbuhnya. Karena panas atau hujan yang berkepanjangan. Solusinya adalah penyuluh melakukan mitigasi dan adaptasi hingga ke tingkat petani.
Dinas Perkebunan Sulsel untuk tahun 2020 ini mensupport dengan bantuan pupuk organik dalam upaya intensifikasi pertanian.
Selasa, 24 November 2020 (Diskominfo)