Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Selatan, Wiwiek Sisto Widayat menyampaikan apresiasinya atas komitmen Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan, dalam upaya menekan inflasi selama 2016 lalu.
Bahkan, menurut Wiwiek, secara Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo, secara khusus menyampaikan apresiasi kepada Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, yang telah menunjukkan komitmen serta dukungannya dalam pengendalian inflasi.
Meski begitu, Wiwiek menegaskan bahwa pekerjaan tidak berhenti, bahkan tantangannya lebih besar selama 2017 ini. Apalagi sejak awal tahun, tekanan inflasi sudah cukup kuat dan terjadi sepanjang Januari-Februari.
"Inflasi Sulsel tahun lalu 2,94, angka ini dibawah nasional yang mencapai 3,02. Tetapi kita harus antisiasi karena awal 2017 banyak tekanan," ungkap Wiwiek, usai bertemu Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, di Kantor Gubernur Sulsel, Kamis (2/3).
Wiwiek menjelaskan, tekanan inflasi yang tinggi di awal tahun terjadi akibat adanya kebijakan harga yang dikendalikan pemerintah. Seperti tarif listrik, biaya administrasi Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), dan peningkatan harga bahan bakar non subsidi.
Sementara itu, Gubernur Sulsel, DR. H. Syahrul Yasin Limpo,SH.,M.Si.,MH mengaku, untuk menghadapi tekanan inflasi selama 2017 ini, pihaknya telah menyiapkan strategi, salah satunya memaksimalkan peran TPID.
Menurut mantan Wakil Gubernur Sulsel ini, dalam waktu dekat TPID Sulsel akan bekerja dengan membentuk desk bersama, untuk merumuskan langkah-langkah tepat yang harus ditempuh.
"Mereka akan pemetaan pada setiap daerah. Artinya ada zonasi, apakah daerah ini masuk zona merah, kuning, atau hijau. Ini supaya kita bisa konsentrasi menangani inflasi,” pungkasnya.
Kamis, 2 Maret 2017 (Ak/Yy)