Provinsi Sulsel termasuk daerah yang rawan bencana banjir, tanah longsor, angin puting beliung, dan abrasi. Meskipun bencana tidak bisa dicegah, namun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel melakukan upaya-upaya untuk pengurangan dampak bencana.
Kepala BPBD Sulsel, Syamsibar, mengungkapkan, pengurangan dampak bencana dilakukan melalui empat program. Pertama, penguatan kapasitas sumber daya BPBD Provinsi dan kabupaten/kota melalui ketersediaan peralatan, logistik dan ketersediaan personil.
"Ketersediaan peralatan kita meliputi tenda, mobil rescue, motor trail, perahu karet, dan alat komunikasi. Sedangkan dalam ketersediaan logistik meliputi lauk pauk, makanan siap saji, makanan tambahan gizi, dan sandang. Personil kita juga siap," kata Syamsibar, saat Pemaparan Program Strategis SKPD Lingkup Pemprov Sulsel, yang diselenggarakan Biro Humas dan Protokol Setda Sulsel, Jumat (10/2).
Upaya yang telah dilakukan, jelas Syamsibar, adalah mengaktifkan posko siaga dan tanggap darurat bencana tingkat provinsi dan kabupaten/kota, ketersediaan logpal dan personil TRC, serta ketersediaan sarana dan prasarana. Pendistribusian logpal ke 24 kabupaten/kota berupa lauk pauk, selimut, sandang, kids ware, family kits, matras, dan lainnya.
"Kami juga membentuk desa tangguh bencana di Wajo, Lutim, Barru dan Maros, serta membentuk sekolah madrasah aman bencana di Kabupaten Gowa," ujarnya.
Selain itu, Dinas BPBD Sulsel juga melakukan perbaikan pasca bencana, dengan merekonstruksi jalan dan jembatan yang rusak akibat bencana. Ada lima daerah yang akan dilakukan perbaikan tahun ini, antara lain Kabupaten Takalar, Jeneponto, Sinjai, Tana Toraja, dan Kota Palopo.
"Intinya, pada tahun ini yang menjadi program kami adalah pencegahan dan kesiapsiagaan, kedaruratan dan logistik, serta rehabilitasi dan rekonstruksi," tegasnya.
Jumat, 10 ebruari 2017 (Dw/Na)