Luwu Utara, sulselprov.go.id - Di Kabupaten Luwu Utara, kebutuhan akan peningkatan kapasitas petani dalam memahami agroforestry kakao dirasa sangat penting untuk mendukung Roadmap Kakao Lestari.
Untuk itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Utara mendukung penuh program Sistem Pertanian Berkelanjutan di Lansekap Tropis Asia atau Sustainable Farming System in Asian Tropical Landscapes (SFITAL).
Pelaksana program ini adalah World Agroforestry (ICRAF), dengan menggandeng mitra utama, yakni Rainforest Alliance (RA) dan MARS. Program SFITAL ini didanai oleh Internasional Fund for Agricultural Development (IFAD).
Salah satu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung Agroforestry Kakao Berkelanjutan adalah Workshop Pembelajaran Praktik Kurikulum Agroforestri Kakao, yang digelar di Hotel Yuniar Masamba, Selasa, (14/11/2023).
Workshop dibuka oleh Kepala Bappelitbangda Kabupaten Luwu Utara, Drs. H. Aspar, M.Si. Dalam sambutannya, Aspar mengatakan bahwa kurikulum agroforestry merancang dan menerapkan metode serta strategi pembelajaran dengan mengintegrasikan pendekatan praktik, studi kasus, serta pengalaman lapangan.
Melalui kombinasi ini, kata dia, petani kakao dapat mengembangkan keterampilan praktis yang relevan dengan agroforestry, sekaligus memperdalam pengetahuan teoritis yang dimiliki para petani kakao.
“Penerapan metode partisipatif juga menjadi fokus, memungkinkan peserta pelatihan terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan meningkatkan pemahaman mereka terhadap praktik agroforestry yang berkelanjutan,” jelasnya.
Selain itu, lanjut dia, penggunaan teknologi visual 3D (tiga dimesi) juga menjadi bagian integral dari metode pembelajaran, serta menciptakan lingkungan pembelajaran yang beragam dan responsif terhadap perkembangan sistem agroforestry.
Sementara Peneliti Agroforestry System and Extension Scientist, ICRAF, Endri Martini, menyebutkan, standardisasi kurikulum agroforestry kakao ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi penyuluh, baik pemerintah maupun swasta, dalam memberikan bimbingan kepada petani.
“Tentu ini dengan tujuan dalam rangka untuk membantu petani meningkatkan produktivitas kebun kakao mereka sesuai dengan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan yang diterapkan dalam sistem agroforestry kakao,” kata Endri.
Lebih jauh Endri mengatakan, sebagai langkah selanjutnya, kurikulum ini akan dikonsultasikan dengan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku, dengan harapan dapat dijadikan standar bagi penyuluh pertanian dalam memberikan pelatihan agroforestry kakao kepada petani.
“Melihat banyaknya program dan proyek terkait agroforestry kakao dan kakao berkelanjutan di Kabupaten Luwu Utara, maka kami dari program SFITAL menyadari pentingnya berbagi pembelajaran dari implementasi pelatihan agroforestry kakao di wilayah tersebut,” sebutnya.
Sementara itu, Pemateri dari Active, Aminah Medama, menyambut baik dan mendukungan praktik agroforestry kakao di Kabupaten Luwu Utara.
“Harapannya workshop ini dapat memberikan masukan berharga untuk menyusun standar kurikulum agroforestry kakao yang dapat menjadi panduan bagi penyuluh dan praktisi dalam mendukung petani kakao agar menghasilkan kakao yang memenuhi dan meningkatkan standar mutu, kuantitas dan kualitas sesuai tuntutan pasar untuk mewujudkan kesejahteraan petani,” pungkasnya.
Diketahui, selama tiga tahun terakhir, kurikulum pelatihan agroforestry kakao telah berhasil diimplementasikan pada sekitar 2.100 petani kakao.
Pembangunan kurikulum ini melibatkan proses konsultasi dengan berbagai pihak, termasuk Dinas Pertanian, Bappelitbangda, dan sektor swasta seperti PT. Mars.
Konsultasi ini telah memberikan berbagai masukan dan revisi, baik dalam muatan maupun metode penyuluhan, yang berkontribusi pada kesuksesan kurikulum.
SFITAL merupakan program riset aksi pertanian berkelanjutan yang dilaksanakan oleh World Agroforestry (ICRAF) di Indonesia dan Filipina atas dukungan International Fund for Agriculture Development (IFAD).
Di Indonesia, SFITAL mendorong petani kecil atau pekebun di Kabupaten Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara (kelapa sawit), dan Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (kakao), agar mampu mengelola kebun secara berkelanjutan serta meningkatkan akses ke pasar global melalui kemitraan petani, pemerintah, dan swasta.
Di Luwu Utara, SFITAL bekerja sama dengan RA dan Mars, Incorporated dengan dukungan Cacao Sustainable Partnership (CSP).
Sementara World Agroforestry (ICRAF Indonesia) adalah lembaga riset internasional dalam bidang agroforestry yang berkantor pusat di Nairobi, Kenya.
Di Indonesia, ICRAF melakukan riset aksi di provinsi Aceh, Jambi, Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Papua dan Nusa Tenggara Timur.
Visi ICRAF adalah dunia yang adil, di mana semua orang mempunyai penghidupan layak dengan didukung bentang lahan yang sehat dan produktif. (*)