Kenaikan kurs Dollar terhadap rupiah yang mencapai angka 14,600 rupiah saat ini memang cukup meresahkan. Menguatnya dollar terhadap rupiah yang cukup tinggi membawa implikasi setidaknya pada dua hal yakni investasi serta ekspor impor. Namun khusus di Sulsel, kondisi ini tidak perlu dikuatirkan. Pasalnya fundalisme ekonomi yang telah terbangun di Sulsel menjadi tameng tersendiri untuk menjawab tekanan dollar terhadap rupiah.
Fundalisme ekonomi yang terbangun sejak pemerintahan Syahrul Yasin Limpo ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi yakni 7,38 serta terjadinya surplus ekspor dibanding impor. Kondisi inilah yang diakui menyelamatkan Sulsel dari goncangan efek kenaikan dollar. Sementara secara nasional, kenaikan dollar cukup berpengaruh karena nilai impor yang lebih tinggi dibanding ekspor.
Hal ini menjadi bahasan menarik dua pemateri yakni Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Prov. Sulsel AM. Yamin dan Pengamat Ekonomi Bahtiar Maddatuang dalam Humas Coffee Morning dengan tema "Investasi Sulsel dan Pengaruh Kenaikan Dollar" yang berlangsung di Toraja Press Room Kantor Gubernur Sulsel, Senin (20/8).
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Prov. Sulsel AM. Yamin mengatakan dengan semakin menguatnya dollar terhadap rupiah tidak perlu menimbulkan kepanikan, justru harusnya menjadi momen yang menguntungkan bagi daerah.
"Seharusnya kita manfaatkan moment ini untuk kepentingan daerah. Paling berpeluang misalnya di sektor industri yang memanfaatkan produk lokal, karena hanya yang menggunakan bahan impor yang terkena dampak, Olehnya itu harusnya dimanfaatkan untuk memproleh benefit bagi daerah", Jelas AM. Yamin.
Sementara itu, Bahtiar Maddatuang menegaskan Ekonomi nasional harusnya berkiblat di Sulsel yang telah memiliki fundalisme ekonomi yang kuat sehingga tidak terpengaruh pada melemahnya rupiah.
" Kalau di Sulsel lebih besar ekspor daripada impor. Desain ekonomi di Indonesia harusnya berkiblat di Sulsel. Pertumbuhan ekonomi tinggi, kemiskinan menurun, pengangguran berkurang, indeks gini ratio juga rendah. Inilah hebatnya fundalisme ekonomi yang terbangun, Perkuat daya saing, dorong ekspor, itu kuncinya". Jelas Bahtiar.
Saat ini yang dibutuhkan Sulsel hanya membuka jalur investasi dengan memudakan perizinan serta melanjutkan pembangunan Infrastruktur. Sementara terkait menguatnya dollar, pemprov tetap berpegang pada instrumen dan kebijakan pusat.
Kegiatan Humas Coffee Morning merupakan agenda rutin yang digelar Biro Humas dan Protokol untuk menjawab kebutuhan informasi terkait isu yang banyak diperbincangkan. Turut hadir Kepala Biro Humas dan Protokol Devo Khaddafi, Kabag Humas Amrullah Hanafie dan Kasubag Publikasi Elvira Jayanti serta sejumlah wartawan lokal dan nasional.
Senin, 29 Agustus 2018 ( Srf/Na)