Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo sedang merancang ekspor besar-besaran Agustus nanti. Ekspor tersebut bertajuk Merdeka Ekspor.

Syahrul mengakui, dua bulan terakhir ini memang terjadi penurunan frekuensi dan nilai ekspor Sulsel. Namun, hal itu terjadi karena sebelumnya telah dilakukan ekspor besar-besaran hingga tiga kali lipat.

"Satu dua bulan terakhir ini memang turun karena kita porsir sebelumnya. Tentunya, tidak bisa tiap saat sama. Ada saatnya naik, ada saatnya turun," kata Syahrul, Senin (11/7).

Ia mengungkapkan, Merdeka Ekspor akan dilakukan Agustus nanti untuk semua komoditi. Mulai dari hasil pertanian hingga perikanan dan kelautan. 

"Agustus ini kita ekspor, dan November juga. Kita rancang Merdeka Ekspor," ujarnya. 

Sebelumnya, Neraca perdagangan Sulsel mengalami defisit hingga USD 39,29 juta. Penyebabnya, nilai impor Sulsel pada bulan Mei lebih besar dari nilai ekspor. 

Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel mencatat nilai impor Sulsel di bulan Mei 2016 meningkat sebesar 167,14 persen, dari USD 46,29 juta menjadi USD 123,66 juta dibanding bulan April 2016. Nilai impor tersebut naik drastis, walaupun secara tahunan nilai tersebut lebih rendah dibanding tahun lalu periode yang sama.

Kepala BPS Sulsel, Nursam Salam, mengatakan, pesawat terbang merupakan komoditas yang paling berpengaruh dan berkontribusi besar dalam peningkatan nilai ekspor tersebut. Komoditas yang paling berpengaruh yakni mesin-mesin atau pesawat mekanik yang naik dari USD 17,39 juta menjadi USD 22,65 juta, menyusul gandum-ganduman naik dari USD 6,44 juta menjadi USD 16,30 juta, dan bahan bakar mineral yang naik dari USD 4,72 juta menjadi USD 10,04 juta.

"Terlebih lagi, negara asal impor dengan nilai terbesar di bulan Mei 2016 adalah Rusia dengan nilai USD 66,10 juta atau 48,60 persen dari total nilai impor Sulsel," kata Nursam, belum lama ini.

Sementara itu, kondisi nilai ekspor di bulan Mei 2016 mengalami kenaikan dibanding bulan April, namun sangat tipis yakni hanya 1,12 persen. "Nilai ekspor Sulsel meningkat sebesar 1,12 persen bila dibandingkan dengan nilai ekspor April yakni dari USD 83, 44 juta menjadi USD 84,37 juta," lanjut Nursam. 

Sedangkan secara tahunan, nilai tersebut turun drastis sebesar 30,91 persen. 

"Kondisi Mei tahun ini belum bisa menyamai kondisi bulan Mei di tahun sebelumnya. Artinya, permintaan ekspor kita tahun ini belum seperti tahun lalu. Hal tersebut dikarenakan faktor eksternal seperti kondisi negara tujuan ekspor," terangnya.

Menurut Nursam, karena nilai impor yang lebih tinggi dibanding ekspor, sehingga Mei 2016 Sulsel mengalami defisit sebesar USD 39,29 juta. Besarnya nilai impor tersebut tidak terlepas dari kontribusi komoditas pesawat dan mesin-mesin mekanik.

Selasa, 12 Juli 2016 (Dw/Tn)