Indonesia sebagai negara terbesar keempat di dunia dengan luas sebanding dengan 20 negara yang ada di Benua Eropa dan beragam variasi kontur menjadi tantangan tersendiri ketika terjadi bencana dengan level tanggap darurat.

Salah satu yang menjadi tantangan jika terjadi di daerah sulit dan jauh dari lokasi pusat Badan Nasioanal Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) membutuhkan peralatan dan personil terlatih, menyebabkan waktu tempuh bertambah, biaya lebih tinggi dan respon dan waktu evakuasi lebih lama.

"Basarnas menjadi sangat penting dan strategis, karena Indonesia negara terbesar keempat. Ketika terjadi bencana, kadang daerah tidak mampu melakukan, dan disinilah posisi penting Basarnas menjadi kekuatan negara," kata Syahrul.

Syahrul mendorong agar kekuatan Basarnas tidak hanya berpusat di Pulau Jawa. Tetapi di daerah lain yang strategis, seperti Makassar (Sulsel) yang menjadi daerah utama di Kawasan Timur Indonesia.

"Secara strategis (Makassar) berada ditengah-tengah Indonesia. Kekuatan Basarnas tidak hanya di Jawa saja, tetapi di tempat strategis, taruh helikoptermu disini Jenderal, nanti kita jagakan. Terlalu jauh semuanya ada di sana (Jawa), harus kesini. Maaf Indonesia ke depan ada di timur," sebutnya, saat menghadiri acara Jamuan Makan Malam Basarnas di The Rinra Hotel Makassar, Rabu (28/3/2018).

Ia menjelaskan, di timur ada sembilan ribu pulau dan lima ribu sungai, serta dan 27 gunung tinggi.

Ia menceritakan bagaimana ketika terjadi bencana jatuhnya pesawat Aviastar di Kabupaten Luwu pada Oktober 2015 lalu dan ditemukan pada tanggal 5 Oktober.

Sebelumnya, Twin Otter Aviastar hilang kontak. Pesawat itu berangkat dari Bandara Andi Jemma Masamba, Luwu Utara, Sulawesi Selatan pada Jumat 2 Oktober 2015 pukul 14.25 Wita menuju Makassar. Kemudian 11 menit setelah take off pesawat dinyatakan hilang kontak dari menara pemantau Bandara A. Jemma Masamba. Pesawat ditemukan pada 5 Oktober.

"Kita bersama-sama mencari pesawat yang hilang, saya bilang kita mau pecahkan rekor yang ada di dunia. Saya nggak tahu pecah apa nggak, kalau sampai tidak ketemu tiga hari, saya sendiri yang turun ke lapangan," ujarnya.

Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI M. Syaugi, menyampaikan, tujuan kedatangannya ke Makassar adalah untuk bersilaturrahim dan melakukan kunjungan kerja di Kantor SAR Makassar. SAR Makassar adalah bagian dari 38 Kantor SAR, Pos SAR 77. Untuk pos SAR, terdapat di Kabupaten Selayar, Kota Mamuju dan Bone.

"Tugas SAR untuk menolong, dan menyelamatkan serta mengevakuasi korban jiwa," kata Syaugi.

Setiap hari di wilayah Indonesia, terjadi antara 10-20 kejadian, perhari dengan kejadian orang tenggelam dan kecelakaan.

Ia menjelaskan, untuk tahun ini pihaknya menganggarkan pembelian kapal suplai, untuk menjadi solusi ketika terjadi bencana di laut.

"Dengan adanya kapal ini bisa membawa 450 ton bahan bakar, membawa 100 ton air dan bisa didarati helikopter, membawa perahu-perahu,  dan mendeteksi kejadian dibawah laut," jelasnya.

Basarnas juga mendeklarasikan, jika dari tahun lalu respon time lebih meningkat 30 menit menjadi 15 menit.

Kamis, 29 Maret 2018 (Srf/Er)