Luwu, sulselprov.go.id -  Memasuki hari ke-12 pascabencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Luwu, jumlah pengungsi dari berbagai desa di kecamatan terdampak terus bertambah. Tercatat, jumlah pengungsi yang terdata di Pusdalops BPBD Kabupaten Luwu berjumlah 2.896 jiwa. 

Jumlah ini tersebar di sembilan kecamatan yakni di Masjid Paragusi Kecamatan Latimojong sebanyak 50 jiwa, Masjid Al Furqon Desa Tibussan sebanyak 480 jiwa. Di kecamatan Kamanre berjumlah 76 Jiwa, kecamatan bajo Barat berjumah 575 jiwa, Masjid Desa Botta Kecamatan Suli sebanyak 20 jiwa dan di masjid Babussalam Cimpu sebanyak 5 jiwa. Selanjutnya, di Kantor Desa Kaili Kecamatan Suli Barat sebanyak 8 jiwa, di Dusin Pakke Bupon Kecamatan Bupon sebanyak 52 jiwa, Desa Tampumia Bupon sebanyak 93 jiwa. 

Di Kecamatan Belopa terdapat 101 pengungsi, Kecamatan Belopa Utara terdapat 48 jiwa, Kecamatan Bajo berjumlah 1.343 jiwa di rumah-rumah warga dan 18 jiwa di Shelter Desa Saronda Bajo.

Selain menempati dua posko pengungsian yang disediakan pemerintah di Desa Kadundung Kecamatan Latimojong dan Desa Saronda Kecamatan Bajo, masyarakat yang mengungsi juga menempati fasilitas-fasilitas umum seperti masjid dan sekolah serta tersebar di rumah warga yang lokasinya aman dari bencana.

Salah seorang warga yang mengungsi di Kecamatan Belopa, Mudun (52 Tahun) yang berasal Desa Bonto Sarek, Kecamatan Latimojong mengatakan telah menempati salah satu rumah warga sejak Hari Senin, 6 Mei 2024, tiga hari pasca bencana longsor yang terjadi. Pria yang berprofesi sebagai petani ini mengatakan telah kehilangan 8 anggota keluarga pada kejadian nahas yang terjadi pukul 3 dini hari.

Delapan anggota keluarganya ditemukan meninggal dunia usai tertimpa bangunan rumah yang tertimbun longsor. Delapan korban tersebut adalah Rumpak (L, 97 Tahun), Jatimah (P, 55 tahun), Rima (P, 84 Tahun), Kapila (P, 84 tahun), Sampe (P, 55 Tahun), Muh. Misdar (L, 29 Tahun), Mawi (P, 57 Tahun), Sukma (P, 9 Tahun). Kedelapan anggota keluarga tersebut berhasil dievakuasi secara mandiri oleh warga di hari pertama longsor terjadi. 

"Tidak cukup satu hari ditemukan, oleh warga sendiri," ungkapnya.

Midun mengaku, berjalan kaki selama 4 jam bersama istri dan kedua anaknya untuk mencapai kediaman warga tempatnya mengungsi hingga hari ke-13 ini. Sebelum menempati posko pengungsi ini, dia bersama anak dan istrinya sempat menempati masjid di desa. 

“Alhamdulillah, makanan masuk dan kesehatan juga diperhatikan, kami terima kasih," ungkapnya di posko pengungsi pada Selasa malam, 14 Mei 2024. 

Selain Midun, pengungsi lain Kecamatan Bajo, Kurniaty (33 tahun) mengatakan telah meninggalkan desanya, Tibussang Kecamatan Latimojong sejak Hari Sabtu (4 Mei 2024) bersama 7 orang anggota keluarganya yang terdiri dari orang tua, adik, anak dan serta suami. Sama seperti Midun, ia bersama anggota keluarga dan anaknya yang masih berusia 2 tahun menempuh 4 jam berjalan kaki untuk mencapai lokasi pengungsian. 

Camat Bajo, Hidayah menyebutkan total jumlah pengungsi yang berada di kecamatannya saat ini berjumlah 1.361 jiwa.

“Hampir semua dari Kecamatan Latimojong Desa Pajang, Bone Posi, Tibussang, Ulu Salu, Buntu Sarek,” sebutnya. 

Ia mengatakan, kebutuhan warga baik logistik maupun kesehatan saat ini cukup terpenuhi.

"Alhamdulillah logistik warga dapat terpenuhi baik dari posko induk maupun dari pihak lain. Logistik kami sangat dipedulikan," ungkapnya.
 
Sementara, Kepala Dinas Sosial Sulsel, Abdul Malik Faisal, mengatakan tidak ada kendala berarti dalam distribusi logistik yang dilakukan di setiap kecamatan yang terdampak bencana.

"Baik melalui jalur darat maupun udara, terus kami drop, utamanya di 12 desa di Kecamatan Latimojong yang sebelumnya terisolir akibat terputusnya akses jalan," terangnya.

Dari data yang ada hingga Selasa, 14 Mei 2024, total beras yang telah disalurkan ke seluruh kabupaten terdampak bencana di Sulsel berjumlah 152 ton. 

"Penyaluran ini terus kami laksanakan dari posko induk, baik berupa kebutuhan pangan maupun sandang, tikar, bantal, selimut, obat-obatan, hingga mainan untuk anak-anak di tempat pengungsian," urainya. (*)