Dalam perjalanan kunjungan kerja ke Jepang di hari ke empat, Sabtu (15/12), setelah dari Kota Matsuyama, Prepektur (Provinsi) Ehime, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Abdul Azis berkunjung ke Peternakan Aburayama Momo Land, yang terletak di Pengunungan Aburayama, Kota Fukuoka, Prefektur Fukuoka.

Abdul Azis sendiri ke Jepang bersama beberapa walikota dan bupati mendampingi Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah. Dia ke Fukuoka bersama Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulkaf S Latief, Bupati Luwu Utara (Lutra) Indah Putri dan Kepala Bappeda Lutra Rusdi Rasyid.

Peternakan Momo Land Aburayama ini dibangun sejak tahun 1973 oleh Pemerintah Jepang dengan luasan sebesar 47 hektar.  

"Tujuannya sendiri sebagai wisata peternakan bagi turis dan merupakan tempat edukasi bagi anak-anak pengunjung yang akan ketempat ini," kata Abdul Asiz.
 
Lanjutnya, dalam mengedukasi pengunjung, peternakan ini memfasilitasi sapi jenis Wagiu sebanyak empat ekor untuk memperkenalkan jenis sapi.

"Bagi masyarakat Jepang, untuk mengkonsumsi daging paling terkenal dan termahal biasa mencapai Rp5 jutaan per satu kali konsumsi," sebutnya.

Demikian pula sapi perah di tempat ini juga diperkenalkan pada masyarakat. Jenisnya, Fries Holland atau FH sebanyak 100 ekor yang merupakan penghasil susu berkisar 25 - 35 liter per ekor. 

Sapi-sapi tersebut milik peternak Gunung Aburayama yang dijadikan sentra bibit di peternakan ini. 

"Selain itu peternakan ini juga melakukan pegolahan susu sapi  menjadi es krim, keju dan sebagainya," jelasnya.

Untuk kegiatan edukasi lainnya juga disediakan ternak lain, seperti domba, kambing, ayam dan kuda.

Abdul Azis menjelaskan, kunjungan Pemprov Sulsel ke Jepang ini dalam rangka menjajaki beberapa potensi dan kemungkinan kerja sama berbagai bidang, termasuk bidang peternakan.

Kunjungan ini juga untuk melakukan survei awal bagaimana prospek antara kedua belah pihak. Yang tidak menutup kemungkinan akan mendatangkan investor.

"Sekaitan dengan keberangkatan Pak Gubernur ke Jepang, kita akan bisa memikirkan investasi pada lahan tertidur di Sulsel. Misalnya seperti Seko dan Rampi (Luwu Utara), dimana kita lihat luasan lahan cukup besar dan ini sangat menjanjikan," sebutnya.

Lanjutnya, khususnya pada lahan-lahan tertidur seperti di Seko dan Rampi. Jumlah luasan lahan untuk Seko sendiri itu ada kurang lebih 23 ribu hektar dan Rampi kurang lebih 10 ribu hektar. 

Azis menyampaikan, upaya ini dalam rangka dan gerakan Pemprov Sulsel untuk mengoptimalkan lahan yang tertidur ini sebagai sumber ekonomi baru nantinya. Serta dalam rangka mendukung target Sulsel menjadi lumbung pangan daging. 

"Selain mengembangkan peternakan rakyat, juga membangun peternakan yang sekarang ini dengan memanfaatkan lahan yang menganggur," paparnya.

Sedangkan potensi pengembangnya yang cocok dengan iklim Sulsel yang kita miliki, berdasarkan iklim adalah sapi potong dan sapi perah.

Sabtu, 16 Desember 2018 (Srf/Na)