Sapi tiba-tiba saja menjadi perhatian banyak kalangan beberapa minggu terakhir. Harga daging sapi yang melambung tinggi sejak Ramadhan, hingga berimbas pada keputusan pemerintah melakukan impor sapi untuk menstabilkan harga.

Harga daging sapi yang melambung hingga Rp 120 ribu per kilogram di Pulau Jawa, khususnya Jakarta, menimbulkan riak, khususnya di kalangan ibu rumah tangga. Mereka pun mendesak agar pemerintah turun tangan untuk menekan harga sapi. Sedangkan di sisi pedagang, mereka ngotot jika harga daging sapi dibawah angka Rp 100 ribu per kilogram, akan membuat mereka merugi. Pemerintah pusat pun memutuskan untuk melakukan impor daging sapi untuk menstabilkan harga. Disusul, adanya harapan Presiden RI Joko Widodo agar harga daging sapi Rp 80 ribu per kilogram.

Sapi yang menjadi topik pembicaraan yang sangat seksi di Pulau Jawa, juga terjadi di Sulsel. Meskipun harganya tidak setinggi di Pulau Jawa, namun sapi-sapi di Sulsel juga menarik perhatian banyak kalangan. Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Syarkawi Rauf bersama Wakil Gubernur Sulsel, Agus Arifin Nu’mang bahkan turun langsung ke Rumah Potong Hewan (RPH) Makassar untuk meninjau harga daging sapi, pada Senin (13/6) dini hari lalu. Di lokasi ini, sekitar 80 ekor sapi dipotong setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Makassar dan sekitarnya. Harganya, Rp 85 ribu hingga Rp 90 ribu per kilogram dan sampai di tangan konsumen dengan harga Rp 95 ribu hingga Rp 100 ribu.

Usai melakukan sidak di RPH Makassar, Syarkawi pun menyimpulkan jika harga daging sapi memang bisa berada di angka Rp 80 ribu sesuai keinginan Presiden RI Joko Widodo. Tetapi, tentunya ada beberapa kebijakan yang harus diambil pemerintah pusat, mengingat sapi-sapi tersebut berasal dari luar Kota Makassar. Misalnya, pemerintah pusat menyiapkan insentif untuk transportasi dan membebaskan para peternaknya dari retribusi atau pungutan-pungutan lain.

Menurut Syarkawi, harga daging sapi di Sulsel bisa menjadi patokan di Pulau Jawa. Karena seolah-olah di Jawa, khususnya Jakarta, harga daging sapi dibawah Rp 100 ribu pedagangnya rugi. Sehingga, ini bisa jadi catatan tersendiri bagi pemerintah pusat.

Tak sampai disitu, Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, juga turun untuk memantau harga daging segar ataupun beku di pasar tradisional dan pasar modern, Rabu (15/6). Ia tak sendiri. Syahrul bahkan mengajak seluruh jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) untuk ikut serta. Mulai dari Kapolda, Pangdam, Danlantamal, Pangkopsau, hingga Ketua Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Hasilnya, tidak terjadi kenaikan yang signifikan untuk harga daging sapi di pasaran, kecuali untuk daging khas yang dipakai sebagai bahan steak. Syahrul pun berkesimpulan, jika harga daging sapi masih dalam batas toleransi, antara Rp 95 ribu hingga Rp 100 ribu, sehingga tidak perlu ada yang dikhawatirkan.

Selain Ketua KPPU, Syarkawi Rauf, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu’mang, Walikota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto juga turun melakukan pengecekan harga dan stok daging sapi.

Kebutuhan masyarakat akan konsumsi daging sapi, memang terbilang cukup tinggi di Indonesia, termasuk Sulsel. Tidak heran jika harga daging yang melambung tinggi, bisa menjadi isu yang sangat sensitif dan langsung menjadi perhatian pemangku kepentingan. Berbagai kebijakan telah diambil untuk menstabilkan harga, termasuk dengan mengimpor. Tinggal menunggu, apakah strategi tersebut bisa menstabilkan harga daging sapi.

Dewi Yuliani, 15 Juni 2016