Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KDGI) IX resmi dibuka di Hotel Singgasana Makassar, Selasa (8/11/2016). Acara ini dibuka oleh Asisten IV Bidang Administasi Pemprov Sulsel, H. Ruslan Abu mewakili Gubernur Sulsel. Acara ini dihadiri Kepala Perpustakaan Nasional Pusat, Drs. Muh. Syarif Bando, MM, Rektor Universitas Negeri Makassar, Prof. Husain Syam, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Prof. Dr. Pababbari,M.Si, Rektor UIN Sunan Ampel, Prof. Dr. H. Abd A'la, M.Ag, Rektor IAIN Surakarta, Prof. Dr. Mudhofir Abdullah M.Ag, dan Rektor UIN Palembang, Prof. Drs. H.M. Sirozi, MA.Ph.D.

Gubernur Sulsel dalam sambutannya yang disampaikan oleh H. Ruslan Abu mengatakan, Negeri modern selalu ditandai dengan tingginya kebutuhan dan kunjungan masyarakatnya ke perpustakaan, yang mana saat ini sedang dilakukan transisi layanan perpustakaan dari model manual kearah digital. “Momentumnya ditemukan pada penyelenggaraan KPDI IX di Kota Makassar ini, “ ujarnya.

Ide besar untuk memindahkan lokasi Perpustakaan Prov Sulsel (nantinya akan berganti menjadi Dinas Perpustakaan) ke lokasi baru di Centre Point of Indonesia dengan sendirinya akan menjadi symbol perpustakaan pusat yang berdiri di jantung Indonesia, titik tengah antara Sabang dan Merauke.

KPDI IX ini menjadi momentum yang sangat tepat sebab Makassar akan mencatatkan sejarahnya dalam dunia perpustakaan dimana dalam konferensi ini untuk pertama kalinya akan dibentuk Forum Perpustakaan Digital Indonesia.

Ia berharap konferensi ini dapat menjadi sebuah langkah awal menuju terciptanya program-program yang bersifat strategis, dalam rangka pemberdayaan dan revitalisasi fungsi dan peran perpustakaan sebagai sumber informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sementara, Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Si dalam sambutannya mengatakan pelaksanaan Konferensi Perpustakaan Digital ini pada intinya adalah untuk saling bertukar fikiran pengalaman tentang berbagai aspek perpustakaan digital, juga saling berbagi informasi pengalaman terkini dalam hal pengelolaan perpustakaan digital.

Dia berharap setelah dilakukannya MoU dengan Perpustakaan Nasional, pihaknya akan membentuk jaringan (network) antar perpustakaan digital. Dalam perpustakaan digital ini kita bisa saling berbagi (sharing) tentang berbagai hal mengenai perpustakaan digital. Pentingnya sharing ini agar kita dapat mengakses berbagai perpustakaan di Indonesia bahkan di luar negeri.

“Perpustakaan digital ini dibuat untuk memfaslitasi aktifitas penelitian bagi para dosen, mahasiswa dan peneliti untuk mengakses ribuan buku-buku, jurnal dan artikel ilmiah untuk menginput didalam perpustakaan digital,” terangnya.

“Keuntungan perpustakaan digital antara lain memberikan layanan jarak jauh, sehingga kita dapat mengakses berbagai informasi tentang perpustakaan dengan sangat mudah,” bebernya.

Ia berharap perpustakaan digital ini ditangani oleh pustakawan-pustakawan yang punya kompetensi dalam bidan teknik manajemen informasi, harus mempunyai komptensi inter personal, harus mampu mempunyai kompetensi teknologi informasi dan juga mempunyai kualitas pelayanan dan sence of belonging terhadap perpustakaan digital itu.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Perpustakaan Nasional Pusat, Drs. Muh. Syarif Bando, MM mengatakan PDGI tahun ini mengangkat Tema Transformasi Perpustakaan Digital di Era Digital Natives. Digital Natives merupakan generasi yang lahir dan tumbuh dalam lingkungan kemajuan teknologi informasi dan aplikasi komputer. Saat ini generasi digital native hampir mendominasi spektrum demografis Indonesia.

“Agar peran perpustakaan makin signifikan, layanan perpustakaan harus berorientasi pada kepentingan para digital natives tersebut,”katanya.

Ia berharap perpustakaan dapat berkolaborasi agar dapat memberikan akses dan layanan ke berbagai sumber informasi secara lengkap, cepat, mudah dan murah.

Perpustakaan Nasional sejak tahun 2016 berinisiatif membuat platform untuk resource sharing dan open access antar perpustakaan melalui aplikasi pencarian terintegrasi bernama Indonesia OneSearch (www.onesearch.id). Indonesia OneSearch selain memungkinkan pencarian full text dimanapun berada, juga memungkinkan melakukan pemetaan pengetahuan diantara berbagai perpustakaan, meningkatkan webometric pendidikan tinggi dan layanan no plagiarism, untuk mendorong julah penelitian ilmiah Indonesia diindeks secara global makin meningkat.

“Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menuntut adaptasi dalam semua aspek kehidupan sosial kita, tidak terkecuali dalam pengelolaan perpustakaan digital,”ucapnya.

“Inilah yang mendorong Perpustakaan Nasional RI untuk mengembangkan e-Mobile Library yang diberi nama iPusnas. iPusnas memberikan kemudahan untuk mengakses dan membaca buku digital dengan menggunakan perangkat handphone,” pungkasnya.

Selasa, 8 November 2016 (Er/Rst)