Pemerintah Provinsi Sulsel, melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel, memberikan perhatian penuh terkait tingginya angka pemotongan sapi betina produktif yang bisa mengancam keberlangsungan populasi sapi.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel, H. Abd Azis, belum lama ini mengatakan, berdasarkan data, rata-rata pemotongan sapi di Sulsel dan sudah termasuk sapi betina produktif sekitar 140 ribu per tahun.
"Pemotongan sapi di Sulsel sekitar 140 ribu per tahun, dan berdasarkan data 80 persennya adalah sapi betina produktif, atau artinya ada sekitar 112 ribu sapi betina yang dipotong," ungkap Abd Azis.
Sapi betina produktif bisa melahirkan hingga 10 ekor maksimal, jadi bisa dibayangkan berapa jumlah sapi yang hilang dan mengancam jumlah populasinya," lanjutnya.
Pemerintah Provinsi Sulsel tentunya terus melakukan langkah untuk menghentikan pemotongan sapi produktif dengan melakukan sosialisasi dan kerjasama dengan polri.
Larangan tentang pemotongan sapi betina produktif sebenarnya sudah sangat jelas dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009, bahkan diperkuat dengan Peraturan Pemerintah (PP) hingga Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur," lanjutnya
Sosialisasi kepada masyarakat, khususnya para peternak sapi telah gencar dilakukan, dan setelah ini pada penindakan, meski terkadang cukup dilema karena sapi ini adalah sapi mereka.
"Sampai saat ini berdasarkan data populasi pertumbuhan sapi di Sulsel hanya sekitar 4 persen, sementara yang idealnya adalah sekitar 14 persen,"tegasnya.
Abd Azis juga menambahkan, selain sosialisasi yang terus dilakukan, juga gencar dilakukan pengaktifan penggemukan sapi, serta mencari investor yang bisa membeli sapi produktif.
Kamis, 17 Juni 2018 (Srf/Er)