Makassar, sulselprov.go.id - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel memassifkan sosialisasi kampanye percepatan penurunan stunting. Seperti yang dilaksanakan di Hotel Almadera Makassar, kemarin, Selasa, 6 Februari 2024.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Provinsi Sulsel, Andi Mirna, dalam sambutannya saat membuka sosialisasi ini kembali menegaskan komitmen untuk memprioritaskan langkah-langkah konkret yang mampu mengatasi stunting dengan mengedepankan pendekatan holistik. Ini mencakup peningkatan akses informasi, edukasi gizi, dan kerjasama lintas sektor untuk mencapai hasil yang signifikan.
Hal tersebut, kata Andi Mirna, sesuai dengan arahan Penjabat Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin, dimana Program Percepatan Penanganan Stunting dan Gizi Buruk sebagai sebagai salah satu program prioritas, menunjukkan kesungguhan pemerintah dalam menjalankan program penurunan stunting sebagai bagian integral dari upaya meningkatkan kesejahteraan anak-anak di Sulsel.
"Bapak gubernur telah mengambil langkah awal yang sangat positif dengan menginisiasi ide terkait penanggulangan masalah stunting. Upaya ini melibatkan penciptaan Aplikasi Inzting Sulsel (Ikhtiar MenZerokan Stunting) yang bertujuan untuk menyediakan data terkini tentang kasus stunting di Sulsel," ungkap Andi Mirna.
Andi Mirna mengungkapkan, Inzting Sulsel mampu menyediakan informasi yang akurat dan real-time mengenai prevalensi stunting di kabupaten/kota. Aplikasi ini tidak hanya berfokus pada pemantauan data, tetapi juga memberikan analisis mendalam dan pemahaman yang komprehensif tentang faktor-faktor penyebab stunting.
Dengan demikian, sambungnya, Inzting Sulsel memberikan landasan yang kuat untuk pengambilan keputusan yang efektif dalam merancang dan melaksanakan program-program intervensi yang tepat sasaran. Dengan pendekatan yang terpadu, aplikasi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam penurunan tingkat stunting di Sulsel.
"Aplikasi Inzting Sulsel sendiri telah di sosialisasikan di 24 Kabupaten/Kota di Sulsel dan dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasinya telah menjadi langkah penting dalam upaya pengembangannya," jelasnya.
Terkait edukasi keluarga tentang gizi, menurut Andi Mirna, kepentingan makanan bergizi menjadi kunci dalam membentuk gaya hidup sehat bagi anak-anak. Oleh karena itu, peran keluarga bukan hanya memasak makanan yang bergizi tetapi juga memberikan perhatian, pendampingan, dan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya asupan gizi yang seimbang demi membentuk generasi masa depan yang kuat dan berdaya saing.
Lebih lanjut, Andi Mirna mengemukakan pentingnya pemenuhan gizi dengan pangan lokal diakui sebagai langkah krusial dalam menghindari stunting. Masyarakat dapat memanfaatkan potensi pangan lokal untuk memastikan anak-anak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pemenuhan gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi fokus utama dalam pencegahan stunting.
"Dengan memberikan perhatian khusus pada periode awal kehidupan anak, kita dapat membentuk dasar pertumbuhan yang sehat untuk masa depan mereka," imbuhnya.
Andi Mirna menambahkan, sosialisasi ini memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan anak-anak di Indonesia. Stunting, atau pertumbuhan terhambat pada anak, dapat berdampak serius pada perkembangan fisik dan kognitif mereka. Melalui sosialisasi, informasi mengenai pentingnya gizi seimbang dan perawatan anak pada masa pertumbuhan akan tersebar luas di masyarakat.
"Kampanye ini berfungsi sebagai alat edukasi yang dapat membentuk kesadaran masyarakat akan dampak negatif stunting serta mendorong partisipasi aktif dalam penerapan pola makan yang sehat. Selain itu, juga membantu mengatasi mitos atau keyakinan yang tidak akurat terkait gizi dan perkembangan anak, memastikan pemahaman yang benar dan mendukung perubahan perilaku positif," urainya. (*)