Bagi Orang Bugis Makassar Untuk Indonesia

Oleh Aswar Hasan

 

Jika ingin menggapai pulau harapan maka engkau harus berani meninggalkan indahnya pantai dan mengarungi lautan tanpa takut apalagi gentar sedikit pun menghadapi badai dan gelombang. Sekali layar terkembang, pantang surut biduk ke pantai. Lebih baik memilih tenggelam daripada pulang ke pantai tanpa hasil. Kata tenggelam hanyalah ketentuan dan keputusan yang datangnya dari Allah SWT.

Itulah pesan lelaki Bugis Makassar yang disampaikan Sang Komandan (panggilan sosial kemasyarakatan Gubernur Sulsel, DR.H. Syahrul Yasin Limpo, SH, MH. MS.i.) di hadapan ribuan mahasiswa pada acara launching Gerakan Netizen Sulsel untuk literasi pengguna media sosial agar santun dan produktif di dunia maya.

Mengawali pidato sambutannya dengan mengajak hadirin melantunkan lagu Indonesia tanah air Beta, spontan suasana gedung Balai prajurit TNI yang dibangun di era Jenderal M. Jusuf untuk kemanunggalan ABRI dan Rakyat beraura nasionalisme yang cinta tanah air. Pesan lagu Indonesia Tanah Air Beta begitu merasuk dalam jiwa.

Kalimat Indonesia sebagai tempat berlindung di hari tua sampai akhir menutup mata, begitu sangat kuat menghunjam dalam jiwa untuk semakin mencintai tanah air sebagai pusaka abadi nan jaya. Sang komandan memang jagonya dalam berpidato. Retoris dan penuh isi, karena dilatari oleh wawasan luas dengan pengalaman yang sangat panjang. Juga sarat dengan motivasi untuk berbuat maksimal bagi negeri, disertai paparan perkembangan aktual dengan analisis yang tajam. Usai pidato, saya berbisik kepada Hidayat Nahwi Rasul Mantan Jubir Amin Syam, dengan mengatakan; "jujur Pak Hidayat, setelah saya mendengar pidato komandan, saya menilai bacaan komandan semakin tinggi dan semakin tegas menunjukkan komitmennya untuk Indonesia." Spontan Pak Hidayat Menjawab; "Setuju Pak. Komandan bukan hanya semakin tinggi bacaannya, tetapi juga semakin arif dan bijak menyikapi situasi."

Dalam pidatonya, sang komandan mengingatkan agar anak muda jangan sampai melupakan akar sejarahnya, tidak lagi santun kepada orang tua, dan tidak jelas komitmen keindonesiaannya, sehingga mengajak menyanyikan dan menghayati lagu Indonesia Tanah Air Beta.

Dalam pandangan Sang Komandan, Eksistensi dan peran Sulawesi Selatan adalah untuk Indonesia Raya. Dengan demikian, setiap manusia Bugis Makassar harus menunjukkan jati dirinya dan komitmennya. Bahwa kemajuan Sulawesi Selatan adalah untuk ketangguhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dalam pada itu, ketika penulis menghadiri acara Rapat Koordinasi Nasional Komisi Informasi se Indonesia di Sumatera Selatan Palembang, dan menyaksikan pidato gubernur Sumatera Selatan yang memaparkan sejumlah kemajuan yang begitu sangat signifikan. Salah satunya, adalah   kebanggaannya menjadi tuan rumah Asian Games 2018 dengan berbagai fasilitas yang moderen. Namun, ketika memaparkan sejumlah kemajuan di sektor pangan dan pertanian Sang Gubernur terpaksa dengan jujur mengakui bahwa dalam hal swasembada beras, Sulawesi Selatan adalah jagonya. Dan, kami akui bahwa  Sumsel masih kalah dari Sulsel." Saya berdecak kagum mengakui kejujuran Gubernur Sumsel, terlebih ketika memuji Gubernur Sulsel sang Komandan. Bangga kami segenap delegasi Sulsel.

Itulah makna kehadiran Sulsel bagi kepentingan Indonesia. Sulsel menyuplai kebutuhan pokok (beras) sejumlah provinsi di Indonesia demi Ketahanan pangan secara nasional. Sebagai warga Sulsel dan sebagai bangsa Indonesia, kita patut Berbanga karena Sulsel dalam kontribusi pertumbuhan dan ketahanan pangan tidak menjadi beban nasional.

Maka dalam pada itu, untuk pengembangan Sumber Daya Manusisa (SDM) khususnya dalam hal memicu percepatan Revolusi Mental Sebagai inti Visi Misi dan Program Nawa Cita Presiden Jokowi, maka tidak ada salahnya jikalau belajar dari karakter Manusia Bugis Makassar. 

Manusia Sempurna ala Bugis Makassar menurut komandan, terangkum dalam Philosophi Sulapa Eppa (Appa dalam Makassar). Yaitu pertama, tidak pernah lupa akan Tuhan sebagai pencipta dan pemelihara, pemberi petunjuk dan keselamatan dunia akhirat. Dengan demikian, seorang Bugis Makassar adalah seorang yang memegang teguh keyakinan agamanya. Agama menjadi pembingkai dalam bertingkah laku.

Kedua, tidak mengabaikan adat istiadat, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Budaya yang terekspresikan dalam bentuk tata sopan santun dalam pergaulan hidup. Sudah seharusnya, antara agama dan adat berpadu menjadi kekuatan sosial dan politik. Maka dalam pada itu, terkenal sebuah prinsip yang mengatakan; "Pattuppu'i ri adek'E,  passanre'i ri syara'E artinya, didasarkan sesuatu itu pada adat istiadat, tetapi jangan lupa menyandarkannya pada syariat Islam. Maka jangan heran jika di Bugis Makassar, antara adat dan agama menyatu laksana daging dan tulang yang tidak bisa dipisahkan.

Ketiga, orang Bugis Makassar harus cerdas otak dan hatinya. sehingga, ia pun cerdas secara sosial. Maka, tidak heran, dimana-mana orang Bugis Makassar selalu unggul. Istilah "Pabbambangan Na Tolo," sebenarnya merupakan ungkapan peringatan untuk jangan sampai menjadi perilaku yang menjadi watak orang Bugis Makassar. Karena, sesungguhnya yang karib menjadi watak asli orang Bugis Makassar adalah "Warani Na Macca." (berani dan pintar).

Keempat. Orang Bugis Makassar dikenal sebagai pekerja keras yang ulet dan tak kenal lelah hingga berhasil apa yang dicita-citakannya. Hal itu terungkap dalam pameo; "Resopa temmangingngi Namalomo naletei Pammase Dewata." artinya, hanya dengan kerja keras yang tiada bosan-bosan, sehingga dimudahkan oleh kasih sayang Tuhan.

Keempat Philosophi sulapa eppa tersebut, perlu dan penting untuk dipahamkan kepada generasi muda, melalui internalisasi nilai-nilai sejak dari rumah hingga ke sekolah, di kantor dan di lingkungan masyarakat. Dalam pada itu pula maka penting bagi para segenap orang tua, Guru, pejabat atau siapa saja yang dijadikan patron bagi orang di sekitarnya untuk secara benar dan sungguh-sungguh memahami dan menghayati nilai-nilai sulapa eppa tersebut, untuk kemudian menjadikannya sebagai nilai yang hidup dalam diri setiap pribadi sebagai teladan hidup. Jika sudah demikian, maka kita pun patut bangga sebagai orang Bugis Makssar. Setidaknya kita sudah punya komandan yang telah menyuarakannya secara serius, tulus, dengan lantang. Bangga kami Memilikimu Komandan.

Wallahu A'lam Bishawwab

--------------------------------

antara Makassar Palopo, 20 April 2017