Produksi rumput laut dan bandeng Sulsel merupakan yang tertinggi di Indonesia. Pada tahun 2016 lalu, produksi rumput laut Sulsel mencapai 3.401.752,5 ton atau sekitar 30,2 persen dari produksi nasional. Sedangkan untuk produksi bandeng mencapai 127.434,1 ton atau sekitar 18,9 persen dari produksi nasional.

Kepala DKP Sulsel, Sulkaf S Latief, mengatakan, Sulsel memiliki potensi kelautan dan perikanan yang lengkap dan menjadi miniatur kelautan perikanan di Indonesia. Namun, ada beberapa masalah yang dihadapi dalam pengembangan potensi-potensi tersebut. Antara lain, infrastruktur produksi yang belum optimal, keterbatasan sarana dan prasarana produksi perikanan, lemahnya daya saing produk perikanan, dan pemanfaatan tata ruang rumput laut dan pesisir.

"Pada tahun 2017 ini, prioritas diberikan kepada kebijakan-kebijakan yang target kinerjanya masih jauh dari pencapaian. Sementara, kebijakan yang target kinerjanya sudah mendekati pencapaian, maka percepatan dilakukan untuk menuntaskan pencapaian tersebut," kata Sulkaf, pada acara Pemaparan Program Kerja Strategis SKPD Lingkup Pemprov Sulsel, yang digelar Biro Humas dan Protokol Sulsel, di Kantor Gubernur, Kamis (9/2).

Sulkaf mengungkapkan, DKP Sulsel juga menyiapkan strategi peningkatan tiga kali lipat ekspor komoditas perikanan. Peningkatan produksi perikanan (budidaya, tangkap, dan olahan hasil perikanan), peningkatan daya saing produksi hasil perikanan, memperluas pasar ekspor komoditas hasil perikanan melalui pameran dan promosi, dan peningkatan kapasitas pelayanan laboratorium mutu perikanan.

"Komoditi ekspor Sulsel seperti rumput laut, udang, dan tuna cakalang tongkol," lanjutnya.

Adapun program prioritas tahun 2017, lanjut Sulkaf, adalah program pemberdayaan ekonomi masyarakat P3K dan konservasi SDKP, pemberdayaan masyarakat pengawasan pengendalian sumber daya kelautan dan perikanan, pengembangan perikanan budidaya, pengelolaan perikanan tangkap, serta optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan. Adapula program pelayanan administrasi, peningkatan kapasitas dan kinerja SKPD, dan peningkatan pengembangan sistem perencanaan dan sistem evaluasi capaian kinerja. 

"Pada tahun 2016 lalu, PDRB sektor perikanan tahun 2016 sebesar Rp 30,9 triliun. Memang sedikit tidak mencapai target, karena dipengaruhi oleh komiditi rumput laut. Dimana, produksi rumput laut naik tapi harganya turun. Di rumput laut saja, kita kehilangan sekitar Rp 500 miliar," ungkapnya.

Terkait perkembangan mothership atau kapal induk, jelas Sulkaf, Kementerian Kelautan Perikanan belum memberikan izin untuk operasional kapal dengan kapasitas 200 GT. Karena itu, pihaknya akan mencari mitra dari kalangan pengusaha yang bersedia bekerjasama dalam konsep yang ditawarkan DKP Sulsel.

"Sudah ada dua pengusaha yang sementara kami jajaki. Tapi, nantinya konsepnya tetap sama," imbuhnya.

Kepala Bidang (Kabid) Kelautan, Pesisir, dan Perikanan Tangkap DKP Sulsel, Natsir Mallawi, menambahkan, DKP Sulsel tahun ini juga akan mengembangkan produksi garam. Di Sulsel, ada empat kabupaten yang menjadi sentra produksi garam. Antara lain Kabupaten Takalar, Jeneponto, Pangkep, dan Kabupaten Kepulauan Selayar. Sedangkan, luas areal potensial sekitar 1.960 hektare.

"Lahan produksi garam di Sulsel berkisar 1.000 hektare. Dari lahan produksi ini, ada program pemerintah pengembangan usaha garam rakyat, peningkatan produksi serta kualitas, dan pengembangan sarana prasarana," jelasnya

Kamis, 9 Februari 2017 (Dw/Na)