Makassar, sulselprov.go.id - Komisi Irigasi Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) menggelar Sidang Pleno untuk menetapkan rencana tata tanam periode musim tanam Oktober 2024 hingga Maret 2025. Kegiatan ini berlangsung pada 20 November 2024 dan dibuka oleh Kepala Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan, Ishak Amin Rusly, mewakili Kepala Bappelitbangda Sulsel selaku Ketua Komisi Irigasi.

Dalam arahannya, Ishak Amin Rusly menegaskan pentingnya peran Komisi Irigasi dalam mendukung kemandirian pangan di Indonesia. "Sidang ini menjadi momentum strategis untuk memastikan pengelolaan irigasi yang optimal demi swasembada pangan," ucapnya.

Sidang dihadiri oleh perwakilan pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Sulsel, Komisi Irigasi Kabupaten, dan petani pengguna air. Dalam kegiatan ini, Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang memaparkan rencana alokasi air tahunan, sementara Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan menyampaikan rencana tata tanam padi untuk musim tanam mendatang. BMKG turut memberikan prakiraan cuaca dan iklim di Sulawesi Selatan sebagai dasar penentuan jadwal tanam.

Sidang pleno dipimpin oleh Ishak Iskandar selaku Ketua Sekretariat Komisi dan didampingi Sri Agustiati Bachtiar sebagai Sekretaris Sidang. Agenda ini juga membahas berbagai permasalahan dalam pengelolaan jaringan irigasi, termasuk kebocoran pintu air di Daerah Irigasi Bissua.

Adapun hasil sidang menghasilkan sejumlah rekomendasi antara lain penetapan jadwal tanam di 18 kabupaten dari 64 daerah irigasi dengan mempertimbangkan ketersediaan air, cuaca, dan kebiasaan petani. 

Selain penetapan jadwal, sidang juga mengidentifikasi permasalahan pada Daerah Irigasi Bissua yang mengalami kebocoran pintu air. Ishak Amin Rusly meminta masalah ini segera ditangani. 

"Kebocoran di Daerah Irigasi Bissua harus menjadi perhatian serius karena dapat memengaruhi ketersediaan air selama musim tanam Oktober 2025-Maret 2025," tegasnya.

Komisi Irigasi Sulawesi Selatan berharap keputusan dari sidang pleno ini dapat mendukung peningkatan produktivitas pertanian dan pengelolaan irigasi yang lebih efektif. "Kerja sama semua pihak sangat penting untuk menjaga ketahanan pangan di Sulawesi Selatan," tutup Ishak. (*)