Penurunan nilai ekspor Sulsel diakui sebagai akibat dari perlambatan ekonomi yang terjadi secara global, hampir di semua negara. Karena itu, Pemprov Sulsel mencari strategi lain untuk mengatasi masalah tersebut.

Gubernur Sulsel, H. Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, secara global maupun nasional, memang pengaruh ekonomi yang melambat turut dirasakan Provinsi Sulsel, lebih khusus dalam hal nilai ekspor. Daerah tujuan ekspor yang terbesar, yakni Amerika dan Eropa, juga mengalami perlambatan ekonomi. Artinya, daya serap negara-negara tersebut atau impor mereka juga diturunkan, atau wait and see dari situasi ekonomi tersebut. 

"Saya kira, ini menjadi tantangan tersendiri, walaupun hal ini setiap saat bisa terjadi kapan saja. Karena itu, hari ini kita ketemu mencoba mencari alternatifnya apa. Kalau ekspor  kita melemah di bidang tambang, kita harus ke ekspor apa. Kalau misalnya rumput laut juga bersoal, mungkin ada yang lain. Apakah kita harus siapkan ekspor buah-buahan, kalau itu jadi pilihan kita, kita cari daerahnya, kita buat lagi agenda-agendanya untuk dipersiapkan ekspor," terang Syahrul, usai acara Temu Wicara Peningkatan Daya Saing Ekspor dalam Memacu Perekonomian Sulsel, di Hotel Clarion Makassar, Kamis (17/11/2016).

Ia mengungkapkan, sekarang ini pihaknya sedang menyusun strategi untuk memperkuat ekspor bahan makanan. Dengan begitu, bisa menutupi sedikit sehingga laju penurunan ekonomi bisa dikendalikan. 

"Hampir semua negara di dunia berkontraksi. Karena ada dua negara besar yang ekonominya melambat, yakni Amerika dan Cina, dan ini penguasa perdagangan dunia. Tetapi, kita masih di atas 8 persen, tapi memang gejalanya akan turun," ujarnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel merilis, nilai ekspor Sulsel menurun 22,78 persen pada periode Januari - Oktober 2016 jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lesunya ekspor Sulsel pada periode Januari-Oktober tahun ini disebabkan karena sejumlah alasan. Salah satunya, lesunya permintaan di pasar global. Nilai ekspor Sulsel pada periode Januari - Oktober 2016 sebesar USD 924,82 juta. Sementara, tahun lalu di periode yang sama mencapai USD 1.197,61 juta.

Kamis, 17 November 2016 (Dw/Er)