Muh. Razak Kasim
Lima tahun setelah kemerdekaan, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang (UU) Nomor 21 Tahun 1950, yang menjadi dasar hukum berdirinya Provinsi Administratif Sulawesi. 10 tahun kemudian, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 47 Tahun 1960 yang mengesahkan terbentuknya Sulawesi Selatan dan Tenggara. 4 tahun setelah itu, melalui UU Nomor 13 Tahun 1964 pemerintah memisahkan Sulawesi Tenggara dari Sulawesi Selatan. Terakhir, pemerintah memecah Sulawesi Selatan menjadi dua, berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2004.
Kabupaten Majene, Mamasa, Mamuju, Mamuju Utara dan Polewali Mandar yang tadinya merupakan kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan resmi menjadi kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat seiring dengan berdirinya provinsi tersebut pada tanggal 5 Oktober 2004 berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2004.
Tujuh Gubernur pendahulu Syahrul Yasin Limpo telah meletakkan hasil pembangunan melalui program yang dicanangkan dengan ciri khas masing-masing ---, ”IKON.” Gubernur Sulawesi Selatan A. A. Rivai (13 Desember 1960 – 17 November 1966) dan Achmad Lamo (17 November 1966 - 19 Januari 1978) melalui program Rehabilitasi dan Pemulihan Keamanan di era Kahar Muzakkarb dilanjutkan oleh Andi Oddang (19 Januari 1978 – 19 Januari 1983) dengan ikon Lappo Ase, Ahmad Amiruddin (19 Januari 1983 – 19 Januari 1988) dengan ikon Pola Pikir dan Peta Perwilayahan Komoditi, kemudian dilanjutkan oleh Zainal Basri Palaguna (19 Januari 1988 – 19 Januari 2003 ) dengan ikon Gerakan Dua Kali Lipat Ekspor Komoditi (Grateks 1 dan 2), Amin Syam sebagai Gubernur dan Syahrul Yasin Limpo selaku Wakil Gubernur (19 Januari 2003 – 19 Januari 2008 ) hanya satu periode dan awal pemilihan langsung Pilgub di era Otoda dengan program Gerbang Mas.
Keberhasilan program pembangunan yang diletakkan pendahulu Syahrul Yasin Limpo patut mendapat pujian oleh rakyat Sulawesi Selatan.
Syahrul Yasin Limpo dengan beberapa gelar akedemik yang disandang, sejak 8 April 2008 – sekarang menakhodai pemerintahan di Sulawesi Selatan dengan meraih 208 penghargaan dari pemerintah pusat. Penghargaan yang diterima itu, diraih melalui sejumlah program yang dinilai berhasil. Walau ratusan penghargaan yang diraih, namun belum ada ciri khas --- ikon bagi SYL. Pasangan Syahrul – Agus (Sayang jilid 1 dan II ) piawai dalam pemerintahan dan kaya ide.
Seiring keberhasilan dan prestasi yang diraih SYL patut diberi penghargaan. Kepiawaiannya memimpin rakyat Sulsel belum memiliki ikon tersendiri bagi SYL. Hal itupulah, Ketua Beppada Sulsel, M.Jufri Rahman menggelitik mencari ikon yang tepat bagi SYL. Geletik Jufri Rahman sangat beralasan, bagi Jufri mencari ikon bagi SYL dengan jumlah penghargaan yang diraih. Bukan hanya Jufri Rahman menanyakan demikian, salah satu lembaga yang menerbitkan buku SYL, “ Terobosan SYL ( catatan Para Wartawan)” dan memberi penghargaan “ PANRITA” Award kepada SYL setiap saat mendiskusikan adalah Yayasan Lembaga Pers Sulawesi Selatan (LYPS2).
Geletik Jufri Rahman itu, akan terjawab bila merunut program sebelumnya yang telah dicanangkan SYL. Sebutlah itu, program Gerakan Seribu Penyuluh HIV/Aids dan Narkoba yang dicanangkan tahun 2008 lalu melalui Biro Bina Napzah dan HIV/AIDS Setda Prov Sulsel, gerakan kompetensi dan tenaga kerja andal Sulsel siap pakai oleh Disnakertrans Sulsel (gerakan Sulsel kompeten) serta sejumlah program kerja yang dicanangkan melalui SKPD lingkup Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan.
Pada peringatan Hari Jadi Sulsel Ke-347, 19 Oktober 2016, diluncur program Gerakan Seribu. Gerakan Seribu kebaikan ini menggema, melalui program ini berbilang nyata dan diimplementasi oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lingkup Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan, yang didukung masyarakat Sulawesi Selatan yang berujung pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Bahkan, SYL telah menyelenggarakan program Pendidikan dan Kesehatan Gratis.
Sang Komandan, begitu sapaan yang melekat bagi rakyat Sulsel telah menorehkan karya nyata yang monumental. Sangat banyak kesan dan keberhasilan, yang bakal ditinggalkan, birokrat tulen ini.
Memang, sedih rasanya, bila SYL yang akan berakhir masa jabatan kedua dari dua periode masa jabatan Gubernur belum ada ikon baginya.
Salah satu pribahasa yang mungkin menjadi bahan renungan bagi kita, ” Adat teluk timbunan kapal, adat gunung tepatan kabut. Artinya : Meminta hendaknya kepada yang punya, bertanya hendaknya kepada yang pandai.” Salamaki topada salama.