Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo melaunching varietas tanaman unggulan Sulsel cabai Katokkon di Taman Maccini Sombala, Selasa sore (10/10).
Launching ini dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Sulsel ke-348 dan merupakan gerakan seribu kebaikan (G 1000 G) Pemprov Sulsel yang dilaksanakan Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan.Dalam gerakan ini dilakukan penanaman bibit cabai Katokkon di seribu titik di wilayah Sulawesi Selatan.
Katokkon sangat menjanjikan untuk dikembangkan sebagai komoditi agribisnis. Aroma harum dan rasa pedasnya yang khas membuat Cabai Katokkon ini menjadi lada favorit terutama bagi para penggemar rasa pedas, bahkan pedasnya 20 kali cabai pada umumnya.
"Varietas ini pedasnya ada di level lima atau setara dengan 20 cabai rawit
Dan ini menjadi cabai khas kita di Sulsel," kata SYL.
Cabai ini juga didaftarkan sebagai landmark atau merek dari Sulsel
Targetnya adalah cabai ini dikenal dari Sulsel.
SYL mengatakan selama ini, cabai menjadi salah satu item yang mempengaruhi inflasi. Diharapkan dengan budi daya cabai katokkon
bisa mereduksi inflasi karena masyarakat mendapatkan cabai dengan harga murah dan mudah.
Pada acara itu, juga dilakukan penyerahan Tanda Daftar Varietas Tanaman Cabe Katokkon SAYANG dari Kepala Pusat Perlindungan Tanaman dan Perizinan Pertanian Kementerian Pertanian RI ke Gubernur Sulawesi Selatan.
"Pendaftaran cabai ini sebagai bentuk melindungi plasma nuffah (bibit unggul) dari pencurian, terutama dari luar negeri," kata Erizal Jama selaku Kepala Pusat Perindungan, Varietas Tanaman, dan Perizinan Pertanian Kementerian Pertanian RI.
Erizal mengungkapkan Sulsel adalah tiga besar nasional daerah dengan jumlah varietas unggul yang didaftarkan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan Fitriani menjelaskan dalam waktu tiga bulan Katokkon sudah dapat berbuah. Cabai ini berasal dari daerah Toraja, saat ini diujicobakan di semua wilayah Sulsel.
"Dicoba di semua daerah, ini tumbuh dari dataran rendah ke dataran tinggi. Dengan waktu panen tiga hingga empat bulan, jumlah produksi 5-20 ton perhektar," urai Fitriani.
Selasa, 10 Oktober 2017 (Srf/Na)