Momentum Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Golkar telah selesai. Formatur yang akan menentukan pengurus Golkar juga telah disusun, dan nama Ketua DPD I Golkar Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, tidak termasuk didalamnya.

Syahrul yang langsung melakukan konfrensi pers setelah tiba di Makassar, Rabu (18/5) malam, mengatakan, ada beberapa wacana sebelum pemilihan yang membuat hubungan delapan calon ketua umum golkar mencair. Tetapi kenyataannya, pada detik-detik terakhir ada perubahan yang ia tidak tahu. Salah satu kesepakatan, Papua dan Sulsel yang masuk dalam tim formatur, yang kemudian terblok dan ternyata tidak dimasukkan.

"Saya tidak gila jabatan. Bagi saya sebagai calon ketua umum, diajak masuk silahkan, kalau tidak juga tidak apa-apa. Yang saya harapkan itu adalah lahir proses budaya politik demokrasi yang normatif dan berintegritas," kata Syahrul, di Rumah Jabatan Gubernur.

"Kalau saya tidak diajak masuk saya juga tidak masalah, yang penting saya sudah berkontribusi untuk golkar," lanjutnya.

Terkait ada dinamika baru diluar ekspektasi publik yang ada, Syahrul menilai hal itu menjadi tantangan yang harus dijawab oleh pengurus yang akan datang. Apalagi, proses pembentukan kepengurusan belum selesai sehingga tidak boleh ditanggapi terlalu dini.

"Tanggapan sebagian orang yang tidak setuju kalau ketua harian diisi oleh Nurdin Khalid, itu silahkan saja, saya tidak mau terjebak dengan pikiran-pikiran itu. Dan ini akan menjadi tantangan baru yang harus dijawab oleh kepengurusan golkar yang akan datang," ungkapnya.

Syahrul juga enggan menanggapi macam - macam tanggapan tentang struktur kepengurusan inti sementara yang dikuasai oleh salah satu kubu. "Saya tidak ingin lagi membangun dikotomi ada kubu-kubuan. Perjuangan saya secara khusus dari awal kan memang untuk itu, menghilangkan polarisasi-polarisasi," terangnya.

Terkait dukungan dari DPD se Sulsel yang dikabarkan pecah, Syahrul menyatakan, sejak awal dirinya memang tidak memberi arahan untuk memilih salah satu kandidat tertentu, termasuk dirinya. Ia mengaku pasrah dan membebaskan mereka memilih. 

Dirinya juga menegaskan, tidak butuh tanggapan positif atau negatif, atau disuka oleh siapapun, karena ia punya eksistensi sendiri. 

"Saya pikir ini waktunya bagi golkar untuk mengembalikan kejayaan golkar, tapi ternyata secara empiris kondisi yang ada, ya Syahrul memang punya suara seperti itu, dan saya merasa itu cukup. Menang kalah bukan itu yang penting, tapi mengawal integritas idealisme dan kompetensi itu yang penting. Jangan jadi nakhoda kalau tidak tahu arah tujuan," tegasnya.

Terkait kabar yang menyebutkan bahwa dirinya ditawari jabatan sebagai wakil ketua umum bidang pemerintahan dan kesejahteraan rakyat, Syahrul mengaku belum mendengar hal itu dan belum pernah diajak bicara mengenai hal itu.  

Kamis, 19 Mei 2016 ( Dw/Yy)