Menjadi pejabat salah satu resikonya adalah waktu berkumpul bersama keluarga berkurang. Nyaris tidak ada waktu bagi keluarga. Bagi setiap orang bisa berbagi waktu, kebahagiaan, canda dan tawa bersama keluarga adalah hal terpenting.
Namun, ketika masyarakat atau rakyat sudah memanggil seseorang menjadi pejabat negara berserta tanggungjawabnya. Maka, waktu untuk bersama keluarga tentunya akan berkurang.
Hal itu juga yang dialami oleh Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo. Memimpin Sulsel dengan penduduk sebanyak 8.771.970 jiwa (Data BPS), keluarga kemudian menjadi nomor kedua. Apalagi, tuntutan tanggung jawab membuatnya harus bekerja mulai dari pagi sampai malam dan tidak mengenal hari libur.
"Anak-anak saya kehilangan waktu bersama bapaknya memang. Saya 25 tahun jadi kepala daerah," kata Syahrul, pada saat memberikan arahan pada pimpinan dan pegawai di Dinas Kehutanan Provinsi Sulsel, di Jalan Baji Minasa, Makassar, Senin (12/3/2018).
Namun apa yang dilakukan itu, adalah untuk Republik Indonesia, untuk bangsa tercinta, Ia mengaku rela, tidak untuk dirinya sendiri.
"Kadang isteri saya ulang tahun, saya nggak ada, saya tugas siang dan malam, isteri dan anak-anak saya nomor dua jadinya. Yang pertama, tanggung jawab ini adalah tugas, ini pemberian Allah. Kalau begitu, kita singkat sekali hidup, 24 jam tidak boleh ada sia-sia," sebutnya.
Untuk itu, ketika punya waktu bersama keluarga dimanfaatkan sebaik-baiknya. Ia sendiri akan mengakhiri jabatannya kurang dari 30 hari, tepatnya pada 9 April 2018 mendatang.
"Jabatan singkat, tugas singkat, isi jabatan itu bagian dari ibadah. Kalau kita mati di lapangan, janji Tuhan adalah surga," ujarnya.
Baginya, bekerja dengan niat ibadah adalah bentuk kesyukuran. Ia mengajak agar mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan, termasuk bersyukur menjadi abdi negara.
Cara mensyukuri adalah dengan menjaga diri, menjalankan tugas sebaik mungkin.
"Kalau petugas kehutanan, dari tangan pemerintah adalah rahmat dan melindungi rakyat, bukan distorsi, kalau kau buat hutan dibabat, kemudian air bersoal, bukan mejadi rahmat. Kau tidak lindungi rakyat," ujarnya.
Ia meyakini, ibadah ini merupakan bentuk kecintaan, bagi diri sendiri, anak-anak, keluarga dan Tuhan.
"Kalau itu hadir, kita tidak ada capek-capeknya, life is love," pungkasnya.
Senin, 12 Maret 2018 (Srf/Na)