Mantan Caretaker Gubernur Sulsel di tahun 2008, Ahmad Tanribali Lamo, mulai menemui sejumlah tokoh berpengaruh di Sulsel. Tanribali mappatabe' atau meminta izin untuk melakukan sosialisasi terkait keinginannya untuk bertarung di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsel yang akan digelar tahun 2018 mendatang.

Beberapa tokoh yang telah ditemui Tanribali, diantaranya Mantan Gubernur Sulsel, H. M. Amin Syam, Wakil Gubernur Sulsel, H. Agus Arifin Nu'mang, tokoh Sulsel, H.M. Aksa Mahmud, hingga Gubernur Sulsel, H. Syahrul Yasin Limpo. Tanribali menemui Syahrul di Rumah Jabatan Gubernur, Rabu (6/4/2016).

"Kedatangan saya menemui Pak Syahrul, karena dia kan sebagai pemimpin wilayah, pemerintahan di provinsi, makanya saya datang. Sebelum sosialisasi dimana-mana, tentunya harus mappatabe' dulu kata orang Makassar, atau meminta izin," kata Tanribali.

Tanri menyatakan, jika dirinya akan mengembangkan politik santun sebagaimana yang diperlihatkan orang Sulsel selama ini. Bertarung di pilkada tidak harus saling mencederai.

"Semalam saya juga ketemu Aksa Mahmud, dan intinya juga seperti itu. Kami banyak ngobrol, bagaimana Sulsel kedepan lebih baik," tuturnya.

Keinginannya untuk bertarung di Pilgub Sulsel, kata Tanribali, didasari keinginan untuk mengabdi. "Ayah saya kan juga pernah pejabat disini. Jadi, kalau dimungkinkan kenapa saya tidak mengabdi disini. Kalau survei bagus, berarti kan ada keinginan masyarakat. Kalau tidak, ya saya tidak maju. Saya tidak cari jabatan, saya pada keinginan mengabdi," terangnya.

Tanribali yang pernah menjabat sebagai Dirjen di Kementerian Dalam Negeri ini mengaku tidak punya target apakah harus mencalonkan diri sebagai kosong satu atau kosong dua. Alasannya, gubernur dan wakil gubernur merupakan satu paket yang beban kerjanya sudah diatur dalam Undang-Undang. Tetapi, ia bersedia menjadi kosong dua jika pasangannya memiliki jaringan yang lebih luas, memiliki pengalaman yang lebih bagus, diakui secara nasional dan internasional, dan jauh lebih baik.

"Saya mengalir saja tanpa beban. Tahun 2013 kan saya digadang-gadang juga untuk maju, tapi saat itu pimpinan menginginkan saya untuk tetap jadi Dirjen. Kita menginginkan Sulsel yang lebih baik lagi dari sekarang, makanya ibaratnya kita lihat bibit, bebet, dan bobot. Saya kira, mereka yang maju di pilgub juga akan mencari pasangan yang seperti itu. Kalau memang ada yang lebih hebat, kenapa saya harus memaksakan kosong satu. Intinya, saya bersedia kosong dua," tegasnya.

Sementara, Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, mempersilakan Tanribali untuk melakukan sosialisasi. Namun, ia menyarankan agar Tanribali tetap menjaga ritme untuk menghindari terjadinya polarisasi di masyarakat.

"Tanribali kakak saya, dari dulu mulai dari kecil main sama-sama, satu kelompok bermain, kemudian akhirnya dia jadi Jendral dan saya jadi camat. Dia juga jadi carataker gubernur. Dia datang bersilaturrahmi dengan saya, sebagai sahabat, sebagai teman, sebagai keluarga, dann kemudian sekaligus minta ijin bisa tidak lakukan sosialisasi-sosialisasi sebagai calon gubernur. Saya bilang pasti bisalah, tapi jangan kencang-kencang karena saya masih jadi gubernur. Tipis-tipis saja supaya tidak terjadi polarisasi-polarisasi apapun," kata Syahrul.

Syahrul menambahkan, nasehatnya tersebut bukan hanya untuk Tanribali, tetapi kepada semua yang ingin maju di Pilgub Sulsel. Siapapun boleh berkompetisi, tapi persaudaraan harus yang utama. 

"Yang penting itu adalah rakyat dan kemajuan daerah. Karena itu, boleh sosialisasi tapi jangan terlalu kencang hingga berakibat polarisasi. Belum waktunya, masih dua tahun lagi. Masih jauh, nanti kehabisan napas. Itu nasehat saya," imbuhnya.

Rabu, 6 April 2016 (Dw/Na)