Memperingati hari Standar Dunia 14 Oktober dan bulan Mutu Nasional 10 November mendatang, Badan Standarisasi Nasional (BSN) selenggarakan rangkaian kegiatan bertema penerapan SNI di daerah sebagai roda penggerak UMKM untuk mewujudkan kemandirian ekonomi di Hotel Clarion Makassar, Selasa (24/10/2017).
Kegiatan Ini adalah yang pertama kalinya diselenggarakan di luar pulau Jawa, yang mana pada tahun-tahun sebelumnya diselenggarakan di Jakarta. Peringatan Bulan Mutu Nasional juga diselaraskan dengan peringatan HUT ke-348 Pemerintah Provinsi Selatan.
Dua belas (12) rangkaian kegiatan Bulan Mutu Nasional (BMN) tersebut diselenggarakan pada tanggal 24-26 Oktober di Grand Clarion Convention, Makassar yang didukung oleh Dinas Perdagangan Pemprov Sulsel.
Salah satu rangkaian kegiatan BMN yakni Seminar Nasional standardisasi yang mengambil tema "Standar membuat kota cerdas". Tema ini senada dengan tema Hari Standar Dunia "Standards Make Cities Smarter". Seminar diikuti 600 orang peserta dari berbagai pemangku kepentingan dan dibuka oleh Menteri Negara Riset dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir.
Kepala BSN Bambang Prasetya di Makassar mengatakan, pengambilan tema seminar sangatlah tepat.
Implementasi smart city perlu didukung penerapan SNI/Standar Nasional indonesia supaya kota tidak hanya cerdas tetapi juga nyaman, aman dan teratur, itulah konsep standardisasi, ujar Bambang.
Lebih lanjut, dikatakan, BSN sampai dengan bulan September 2017 telah menetapkan 11.385 SNI di bidang pertanian pangan, kesehatan, mekanika, elektronika, konstruksi, kimia, pertambangan, lingkungan.
"Dari SNI yang ditetapkan, beberapa SNI mendukung implementasi smart city. Misalnya ada 12 SNI mendukung smart card, 7 SNI mendukung smart energy. 3 SNI mendukung smart tourism, serta 3 mendukung ketahanan menghadapi bencana," ujar Bambang.
BSN juga menggalakkan program SNI di Indonesia wilayah Timur. Dan Makassar sebagai gerbang Indonesia Wilayah Timur diharapkan sebagai role model dalam penerapan SNI.
Asissten III Provinsi Sulsel Ruslan Abu mengatakan penyelenggaran yang pertama kali dilaksanakan di Sulsel menjadikan sebagai pilar utama pembangunan nasional dan simpul jejaring nasional.
Di Sulsel dipaparkan oleh Ruslan, semua potensi tumbuh dan berkembang, Sulsel juga merupakan pintu masuk untuk produk-produk yang ada di kawasan timur Indonesia.
"Sulsel dengan beragam potensi yang ada, tidak ragu merumuskan program berskala nasional dan menjadi model pembangunan nasional," sebut Ruslan.
Dia menjelaskan, Sulsel sendiri dalam bidang standarisasi produk, telah berkomitmen dalam menjaga dan membangun daya saing produk yang dihasilkan.
Menteri Negara Riset dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir, menyebutka bahwa, masalah mutu adalah masalah penting dalam pasar global saat ini.
"Masalah mutu, adalah masalah penting dalam pasar. Kita akan sulit bersaing di pasar global," kata M Nasir.
Menurutnya, setiap produk anak bangsa harus punya standar yang distandarisasi oleh lembaga resmi.
Dia menjelaskan produk yang ada di Indonesia jika sudah terkenal dan banyak kostumer, setelah mereka keteteran, cendrung mengurangi mutu produk.
Dia juga menjelaskan bahwa bahwa daya saing global Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara Asia lainnya.
"Memang masih rendah dengan negara Asia lainnya, kita diperingkat 36, Malaysia 22. Apa yang harus kita dorong, yaitu, masalah institusi, infrastruktur dan masalah inovasi, ada 12 komponen yang harus dikuatkan," ungkapnya.
World Economic Forum (WEF) dalam publikasinya Kamis (28/9), menempatkan peringkat daya Indonesia secara global (Global Competitiveness Index) 2017-2018 menempati peringkat ke-36 dari 137 negara. Peringkat ini merupakan kenaikan 5 tingkat dibanding peringkat sebelumnya pada posisi ke-41.
Selasa, 24 Oktober 2017 (Srf/Rs)