Makassar, sulselprov.go.id - Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Jufri Rahman, menghadiri Seminar Proyek Perubahan Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, M. Ishaq Iskandar, secara virtual dari Rumah Jabatan Sekda Sulsel, Senin, 20 Oktober 2025.

Kegiatan ini merupakan bagian dari Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat I Angkatan LXIII Tahun 2025, yang diinisiasi oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI. 

Dalam kegiatan tersebut, Ishaq Iskandar mengusung proyek perubahan bertajuk “Pengembangan Model Intervensi Holistik Integratif Pencegahan dan Penanganan Stunting di Provinsi Sulsel (Prima Stunting Sulsel)”. Sebuah inovasi dari ASN Sulsel untuk kesehatan publik.

Sekda Sulsel selaku mentor memberikan apresiasi terhadap proyek perubahan tersebut. Menurutnya, program ini sejalan dengan arah pembangunan yang tertuang dalam RPJMD Provinsi Sulsel, yang telah ditetapkan menjadi Peraturan Daerah.

“Selamat kepada Bapak M. Ishaq Iskandar atas Seminar Proyek Perubahan ini. Kita mendukung pengembangan ini untuk pencegahan stunting sebagai kebijakan inovatif dan produktif,” ujar Sekda Jufri Rahman.

Ia menambahkan, stunting telah menjadi perhatian serius baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Salah satu langkah nyata Pemprov Sulsel adalah menghadirkan Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB) untuk menjangkau masyarakat di wilayah terpencil dan kepulauan seperti Pangkep dan Selayar.

Dalam paparannya, M. Ishaq Iskandar menjelaskan bahwa stunting atau gagal tumbuh pada anak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting di Indonesia masih mencapai 19,8 persen, sementara di Sulawesi Selatan mencapai 23,3 persen.

“Stunting terjadi akibat kekurangan gizi kronis yang dimulai dari periode 1000 hari pertama kehidupan (HPK), yang mencakup masa kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan anak. Dampaknya tidak hanya pada pertumbuhan fisik tetapi juga perkembangan otak, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia dan produktivitas ekonomi di masa depan,” ungkap Ishaq.

Ia menekankan perlunya intervensi yang terintegrasi dan menyeluruh untuk mempercepat penurunan stunting, karena persoalan ini tidak hanya disebabkan oleh gizi, tetapi juga faktor perilaku, sanitasi, layanan kesehatan, dan ketahanan pangan.

Melalui Prima Stunting Sulsel, Dinas Kesehatan mengembangkan pendekatan edukatif-kultural dengan memberdayakan kader kesehatan sebagai agen perubahan perilaku di tingkat keluarga. Inovasi ini menghubungkan edukasi gizi dengan ekonomi mikro, mendorong UMKM pangan bergizi lokal, dan mengedepankan intervensi berbasis keluarga berisiko yang lebih presisi, terukur, dan berkelanjutan.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan terus memperkuat komitmen menghadirkan layanan kesehatan inklusif untuk semua. (*)