Biaya pelayanan kesehatan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) masih didominasi pada pembiayaan kesehatan di tingkat lanjutan dengan menghabiskan anggaran 74 persen. Hal ini bisa membahayakan dana Jaminan Sosial Kesehatan, karena akan menjadi beban yang luar biasa terhadap keuangan BPJS Kesehatan.

"JKN sudah berjalan selama dua tahun, dan biaya pelayanan kesehatan peserta JKN masih didominasi pada pembiayaan kesehatan di tingkat lanjutan," kata Menteri Kesehatan dalam sambutan seragamnya yang dibacakan Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, pada Upacara Peringatan Hari Kesehatan Nasional, yang dilaksanakan di Lapangan Upacara Rumah Jabatan Gubernur, Senin (14/11/2016). 

Dalam mengurangi beban anggaran, terangnya, ada beberapa hal yang harus dilakukan. Antara lain, pelayanan kesehatan harus sebagian besar dapat diselesaikan di pelayanan kesehatan primer. Menekan angka rujukan pelayanan kesehatan dan menambah kapasitas SDM Kesehatan untuk dapat menyelesaikan berbagai persoalan di pelayanan kesehatan primer, terutama terkait dengan kepastian diagnosa yang dirujuk. 

"Strategi lainnya adalah membuat teknologi informasi yang dapat menunjang kepastian diagnosa di layanan primer. Meningkatkan kemampuan SDM Kesehatan sarana dan prasarana penunjang, seperti laboratorium dan penunjang lain dengan support kebutuhan bahan habis pakai yang memadai. Serta, memberikan insentif yang cukup dan berkeadilan sebagai penyeimbang, agar dapat mendorong retensi tenaga kesehatan pada daerah DTPK," terangnya.

Dalam sambutan seragam tersebut juga disampaikan, Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan triple burden. Yaitu, masih tingginya penyakit infeksi, meningkatnya penyakit tidak menular, dan muncul kembali penyakit-penyakit yang seharusnya sudah teratasi. Menurut Global Burden of Disease 2010 dan Health Sector Review 2014, kematian yang diakibatkan oleh penyakit tidak menular, yaitu Stroke menduduki peringkat pertama. Dengan demikian, trend ini kemungkinan akan berlanjut seiring dengan perubahan perilaku hidup di masyarakat. 

"Tentunya, hal ini menjadi ancaman bagi produktifitas bangsa kita. Usia produktif yang besar dan seharusnya memberikan kontribusi pada pembangunan akan terancam apabila derajat kesehatannya terganggu oleh penyakit tidak menular dan perilaku hidup yang tidak sehat," ujarnya.

Menurutnya, untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan upaya pendekatan promotif dan preventif yang sangat efektif untuk menjawab berbagai tantangan kesehatan. Karena pada dasarnya, pencegahan penyakit menular maupun tidak menular sangat tergantung pada perilaku individu. Yang didukung dengan kualitas lingkungan, ketersediaan sarana dan prasarana, peningkatan pelayanan kesehatan, menciptakan sumber daya kesehatan yang berkualitas serta dukungan regulasi. 

Pada peringatan Hari Kesehatan Nasional tersebut, Gubernur Sulsel juga memberikan penghargaan kepada tokoh masyarakat yang berkontribusi terhadap pembangunan di sektor kesehatan.

Senin, 14 November 2016 (Dw/Hr)