Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo berterima kasih kepada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan atas produksi sapi dan kerbau Sulsel di tahun 2017 melebihi dari target yang ditetapkan.
Tercatat, pencapaian produksi (populasi, pengeluaran dan pemotongan) sebanyak 2.523.984 ekor atau sebesar 126,20 persen dari target dua juta ekor. Ini terdiri dari produksi sapi potong sebanyak 2.287.887 ekor, sapi perah sebanyak 1.847 ekor dan kerbau sebanyak 234.250 ekor.
"Saya berterima kasih Pak Kepala Dinas, tadi laporannya, saya senang sekali, produksi kita sudah di atas 2,5 juta ekor," kata Syahrul.
Syahrul kemudian bercerita bahwa sepuluh tahun lalu, saat mencanangkan peternakan sebagai program strategis sempat disanksi melalui sasaran target satu juta ekor sapi dan kerbau.
"Demi Allah dan Rasulullah saya tidak bohong. Orang bilang sama saya itu sapi bukan pembibitan sayur. Harus ada kawini dulu itu sapi baru ada anaknya, pak gubernur mau kawini itu satu juta, saya nda bisa lupa itu mukanya orang," tuturnya dengan nada bercanda yang disambut tawa oleh hadirin.
Ketika Syahrul mencanangkan di periode pertama satu juta ekor, dirinya diminta untuk tidak terlalu ambisius dengan angka tersebut. Ia disarankan hanya setengah juta ekor. Sedangkan pada periode kedua, ia mencanangkan dua juta ekor, kembali disarankan untuk setengah dari target saja, yaitu satu juta ekor.
Syahrul menyebutkan saran tersebut sangat berkesan, karena mendapat saran dan pertimbangan dari orang yang Ia kagumi, sayangi dan hormati. Namun, Ia tetap percaya dengan mimpi menjadikan Sulsel sebagai lumbung sapi, kerbau dan ternak.
"Hari ini, satu bulan terakhir saya menjabat, saya mendengarkan ini sangat bahagia. Dream, believe, and make it happen, believe your dreams. Saya dengam hormat mengucapkan terima kasih," ucapnya.
Selama kurang lebih 10 tahun, mulai tahun 2008 sampai saat ini pembangunan pertanian termasuk didalamnya pembangunan sub sektor peternakan mengalami peningkatan.
Berdasarkan capaian tersebut, maka Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulsel mampu memenuhi permintaan sapi potong maupun sapi bibit pada beberapa provinsi yang ada di Kawasan Timur Indonesia.
"Kita sudah mencapai 2,5 juta ekor sapi dan kerbau. Kita telah suplai pada 14 provinsi di kawasan Timur Indonesia, bahkan Kawasan Barat Indonesia, seperti Provinsi Riau," ungkap Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel, Abdul Azis.
Ia menjelaskan pada periode pertama, satu juta ekor populasi, dicapai lebih awal satu tahun sebelum 2012, di tahun 2011 sudah tercapai 1.021.000 ekor. Sedangkan pada periode kedua, dari target dua juta di tahun 2018 sudah dicapai 2,5 juta ekor di tahun 2017. Pengeluaran dalam lima tahun sebanyak 300.000 ekor ternak, pemotongan lokal 120.000 ekor pertahun.
Sementara itu, pergerakan ekonomi sektor riil di bidang peternakan Sulsel cukup besar. Sebagai gambaran untuk lima tahun terakhir dari tahun 2013-2018 produksi ternak besar, khususnya pada pengeluaran ternak sapi dan kerbau mencapai 295.728 ekor dan jumlah pemotongan mencapai 672.791 ekor, bila diasumsikan harga perekornya rata-rata Rp 14 juta maka nilainya mencapai Rp 13,55 triliun.
Demikian juga sektor perunggasan, kebutuhan ayam pedaging setiap minggunya minimal dua juta ekor di Sulsel, maka dalam setahun dibutuhkan 104 juta ekor, jika diasumsikan perekor Rp 35.000 maka didapatkan Rp 3,64 triliun.
Untuk kontribusi ayam petelur, dengan populasi Sulsel kurang lebih 12 juta ekor, dengan harga Rp 90.000 maka didapatkan Rp 1,08 triliun.
Sedangkan produksi telur dengan tingkat produktifitas 70 persen, maka didapatkan 8,4 juta ekor, jika dari jumlah total tersebut yang berproduksi bertelur 75 persen maka setiap harinya akan dipanen 6,3 juta butir perhari, harga perbutir rata-rata Rp 1.200 maka didapatkan Rp 7,56 miliar perhari, berarti dalam setahun produksi telur 2,76 triliun ditambah dengan harga ayam Rp1,08 triliun, maka didapatkan Rp 3,84 triliun. Produksi telur ini mensuplai beberapa provinsi di Indonesia.
Kamis, 8 Maret 2018 (Srf/Er)