Makassar, sulselprov.go.id - Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Jufri Rahman menghadiri Dies Natalis ke-59 Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, di Kampus Samata, Kabupaten Gowa, Senin, 11 November 2024.

Dalam kegiatan itu, Jufri menyampaikan sambutan Pj Gubernur Sulsel Prof Zudan Arif Fakrulloh. Jufri mengatakan, kegiatan Dies Natalis ini menjadi momentum penting untuk merefleksikan perjalanan panjang yang telah dilalui oleh UIN Alauddin sebagai lembaga pendidikan tinggi yang berkomitmen dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai keislaman di Indonesia.

"Peringatan Dies Natalis ini merupakan momen yang penting untuk merefleksikan capaian-capaian, tantangan-tantangan, serta rencana ke depan dari universitas tercinta ini. Sebagai institusi pendidikan tinggi yang telah berdiri sejak tahun 1965, UIN Alauddin Makassar telah menjalankan peran besar dalam mencetak generasi yang berilmu, beriman, dan berakhlak mulia," katanya.

Di usianya yang sudah dewasa ini, kata Jufri, UIN Alauddin Makassar telah berhasil mengukuhkan diri sebagai salah satu perguruan tinggi Islam terkemuka di Indonesia. 

"Saya mengapresiasi langkah-langkah transformasi yang telah ditempuh oleh universitas ini, baik dari segi peningkatan mutu pendidikan, pengembangan riset, maupun dalam menjalankan peran sebagai pusat kajian keislaman yang inklusif, terbuka, dan menjawab tantangan zaman," ucapnya.

Tidak hanya itu, Jufri juga mengungkapkan, UIN Alauddin selama ini telah turut mendukung pembangunan daerah melalui berbagai program pengabdian masyarakat yang bermanfaat. UIN Alauddin sebagai perguruan tinggi Islam memiliki tanggung jawab lebih dalam menjaga keseimbangan antara perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan nilai-nilai religius dan moralitas. 

Jufri berharap, UIN Alauddin terus menjaga semangat untuk mendidik dan melahirkan generasi muda yang berakhlak mulia, cerdas, dan siap bersaing di kancah global. Generasi yang tidak hanya mumpuni dalam bidang akademis, tetapi juga memiliki jiwa sosial, serta komitmen untuk mengabdi pada bangsa, agama, dan masyarakat.

"Tidak lupa, saya juga mengajak seluruh pihak, baik pemerintah daerah, dunia usaha, maupun masyarakat luas untuk bersama-sama mendukung UIN Alauddin dalam mewujudkan cita- citanya menjadi universitas Islam yang unggul dan terdepan di Indonesia. Semoga kolaborasi antara berbagai pihak dapat semakin memperkuat posisi UIN Alauddin sebagai pusat kajian keilmuan yang mampu memberikan solusi bagi permasalahan sosial, ekonomi, dan keagamaan di tengah masyarakat kita," ujarnya.

Sementara itu, Menteri Agama, Prof KH Nasaruddin Umar menjelaskan, Sulawesi Selatan ini sangat penting untuk dikembangkan karena ini adalah trend setter atau penentu kecenderungan masa depan yang seolah-olah kiblat intelektual Timur itu adalah Sulawesi Selatan.

"Karena itu, UIN Alauddin Makassar ini betul-betul harus menjadi pelopor untuk melestarikan nilai-nilai bangsa yang sangat terkenal di luar itu bahwa Bhineka Tunggal Ika dahsyat," ucapnya.

Prof Nasaruddin juga mengatakan, ada sejumlah tantangan yang harus menjadi perhatian. Salah satunya muncul pemandangan di Sulawesi Selatan, bukan hanya Sulawesi Selatan tapi ini tantangan global dimana ada kondisi sedang berjarak antara agama dan para pemeluknya.

"Apa kata agamanya tapi apa yang dilakukan pemeluknya di Sulawesi Selatan Ini sedang berjarak. Nah hemat saya semakin berjarak antara pemeluk dengan agamanya maka kita semakin gagal mengurus agama itu sendiri. Tentu yang paling bertanggung jawab adalah Kementerian Agama. Ini yang membuat kami gelisah, karena itu saya ingin sekali Kementerian Agama ini kita mengembalikan porsi Kementerian Agama itu seperti dulu yang pernah melahirkan kewibawaan masyarakat," terangnya.

Sehingga, lanjutnya, Kementerian Agama itu betul-betul punya visi ke depan dalam mempersiapkan umat masa depan yang sebetulnya digodoknya di Kementerian Agama dengan alatnya melalui Perguruan Tinggi Agama Islam dan PTIS. 

"Karena itu obsesi kami sebagai Menteri Agama pada masa sekarang dan akan datang, saya ingin membangkitkan kembali tradisi intelektual. Benar-benar agama ini harus diurus. Karena kalau tidak, kita akan melakukan pembiaran umat dengan agamanya itu berjarak. Coba kita lihat kalau kita bicara tentang agama, kita bicara tentang sesuatu yang dogmatif," tutupnya. (*)