Kedatuan Luwu memberikan penganugerahan gelar adat kepada Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Selatan, Soni Sumarsono dengan gelar To Palindrungi di Istana Kedatuan Luwu, Kota Palopo, Senin (9/7/2018).

Gelar ini memiliki makna sebagai sosok insan pelindung dan pengayom negeri.

Gelar adat ini merupakan gelar adat ketiga yang diterima Sumarsono selama menjabat Pj Gubernur Sulsel. Sebelumnya, Ia menerima gelar adat dari Petta Enneng'E Wajo dengan Gelar La Paturusi Daeng Manrapi. Serta gelar Karaeng Jarre dari Kabupaten Jeneponto.

Sebelum menerima gelar, Sumarsono didampingi istri Raden Roro Tri Rachayu menjalani prosesi adat Mappakuru Sumange.

Sebelum masuk Istana Kedatuan Luwu, Sumarsono harus berkeliling tiga kali kompleks Istana, maknanya agar mengetahui kondisi istana sebelum bertamu.

Sumarsono yang mendapatkan gelar juga merasa terhormat. Pesan  moral yang ada dari gelar ini, Ia harus mengayomi dan melindung sesuai dengan makna dari gelar nama yang diberikan.

"Penganugerahan ini berisi didalamnya tidak hanya nilai, tetapi ada pesan moral didalamnya sebagai pemimpin yang harus mangayomi dan melindungi," kata Sumarsono.

Lebih dari itu, pemberian gelar adat mengingatkan akan kejayaan masa lalu. Nilai-nilai masa lalu dapat diadopsi oleh pemimpin saat ini.

"Saya mengucapkan terima kasih dan Insya Allah saya bisa menjaga marwah sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Luwu," sebut Sumarsono.

Wakil Kepala Kesekretariatan Kedatuan Luwu, Muhammad Afif Hamka menjelaskan, bahwa pemberian gelar terhadap Dirjen Otonomi Daerah (Otda) Kemendagri ini telah melalui proses yang panjang dan kajian mendalam.

Alasannya, bukan hanya di Sulsel Ia mampu menjaga perdamaian dan menjalankan pemerintahan dengan baik. Tetapi daerah lain Sumarsono selalu diberikan amanah untuk menjabat di daerah atau wilayah-wilayah yang butuh penanganan khusus dan semua dinilai berhasil. Ia selalu mengemban tugas yang istimewa.

"Setelah kami melakukan eksplorasi beliau ternyata telah melakukan banyak pekerjaan yang luar biasa tetapi tidak termonitor," paparnya.

Mulai dari saat menjabat Pjs Gubernur Sulawesi Utara yang sekaligus diperhadapkan pada tapal batas Indonesia dan Philipina. Saat menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, yang merupakan pusat negara dan sentrum kekuasaan yang kala itu perlu dijaga dari potensi terjadinya konflik.

Sumarsono juga pernah diamanahkan mengetuai Tim Penyusun grand design pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan.

"Hal yang rumit dan mesti bersinggungan dengan negara lain, dan dari perjalanan panjangnya berpemerintahan selalu ditempatkan pada posisi untuk mewujudkan kemaslahatan rakyat banyak," paparnya.

Ia juga menjelaskan gelar yang diperoleh Sumarsono juga istimewa. Karena gelar ini setidaknya baru dikeluarkan dalam waktu 100 tahun terakhir.

"Gelar ini lebih 100 tahun tidak pernah dikeluarkan dan baru sekarang," pungkasnya.

Senin, 9 Juli 2018 (Srf/Er)