Gubernur Sulsel, DR. H. Syahrul Yasin Limpo, SH.,M.Si.,MH diundang menjadi pembicara di konferensi tahunan Nasional University of Singapore (NUS). Rencananya, konferensi yang akan dihadiri akademisi dan pengusaha se Asean plus Cina, Jepang,dan Korea Selatan tersebut akan digelar November mendatang.
"Kami menyampaikan amanah dari pihak NUS untuk meminta kesediaan Gubernur menjadi pembicaraada konferensi internasional tahunan NUS," kata Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar, Drs Muhammad Yusri Zamhuri MA PhD, Rabu (4/1/2017).
Ia mengungkapkan, pembicara pertama pada konferensi tersebut adalah Menteri Keuangan Singapura. Jika Gubernur Sulsel bersedia, maka akan menjadi pembicara kedua setelah Menteri Keuangan Singapura.
"Undangan ini disampaikan setelah pihak NUS melihat seluruh indikator yang ada di Sulsel. Seperti pertumbuhan ekonomi yang melampaui Asean, tingginya pelaksanaan investasi baru, dan dalam hal political will di bidang ekonomi. NUS mengundang Pak Gubernur untuk mempresentasikan kemajuan-kemajuan tersebut dalam beberapa tahun terakhir," ujarnya.
Jika Gubernur bersedia, kata Yusri, NUS akan melakukan komunikasi langsung dengan pemerintahan daerah. Menurutnya, NUS merupakan universitas terbaik di Asia, dan nomor urut delapan di dunia.
"Event ini sangat global, dan kami sangat mengharapkan ini membawa dampak besar secara nasional dan Asean," imbuhnya.
Menanggapi undangan tersebut, Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, NUS punya posisi tersendiri di Asean, khususnya dalam hal ekonomi. Karena itu, undangan tersebut adalah kebanggaan.
"Saya mencoba mempertahankan Doktor Honoris Causa (HC) di Malaysia. Isi presentase saya ketika itu, era ke depan itu ada di Asean. Era Eropa, Amerika, dan Jepang sudah selesai. Sekarang era Cina, dan Asean adalah pilihan selanjutnya," kata Syahrul.
Menurutnya, Asean memiliki sumber daya luar biasa yang dibutuhkan dunia. Semua negara Asean punya kekhasan, menjadi kekuataan untuk memantapkan kondisi ekonomi.
"Di Universitas Kebangsaan, saya pernah bicara soal Tol Asean. Bukan dalam bentuk fisik, tapi dalam hal regulasi," lanjutnya.
Ia menambahkan, jika memungkinkan, pihaknya pun akan menyampaikan konsepsi tersebut di NUS. Konsep Tol Asean, seperti kebijakan yang saling menguntungkan dan saling terintegrasi antara negara di Asean. Kalau ada negara Asean yang terganggu ekonominya, akan mempengaruhi negara lain. Sehingga, dibutuhkan koordinasi antar negara yang saling menguatkan. Selain itu, terjadi tarik menarik antara negara maju dan negara miskin yang regulasinya harus diatur.
"Pasar bersama juga harus menjadi sesuatu yang kita pastikan. Kalau tidak, kita akan saling berebut. Disamping itu, ada agenda bersama di bidang ekonomi yang harus disusun secara basic. Supporting investasi by budgeter juga harus saling memperkuat, bukan saling melemahkan, apalagi di era tanpa border. Kemudian, bagaimana meyakinkan publik. Tol Asean itu bukan fisik, tapi konsepsi. Regulasinya yang diperbaiki," jelasnya.
Rabu, 4 Januari 2017 (Dw/Yy)