Dalam rangka peningkatkan kemampuan dan wawasan aparat protokol pemerintahan, serta agar mampu mengaplikasikan berbagai peraturan perundang-undangan, Biro Humas dan Protokol Pemprov Sulsel menggelar Workshop Keprotokolan dan Master of Ceremony (MC) Pemprov Sulsel.
Workshop ini digelar di Hotel Claro Makassar, Rabu-Kamis (12/13/12) dengan menghadirkan pemateri Ketua Umum Forum Protokol Indonesia dan juga Kepala Biro Administrasi Pimpinan Sekjen Kemendagri A Fatoni. Dan diikuti oleh peserta dari 24 kabupaten/kota dan OPD se Sulsel.
Penjabat Sekretaris Daerah Sulawesi Selatan Ashari F Radjamilo yang membuka acara Rabu (12/12) malam mengatakan peningkatkan kemampuan dan wawasan aparat protokol pemerintahan melalui workshop sangatlah penting.
"Karena protokol dituntut melakukan perubahan agar unggul dalam persaingan, khususnya memperbaiki kinerja dalam sektor pelayanan publik terhadap masyarakat," kata Ashari.
Dia menyampaikan hingga saat ini masih banyak terdapat keluhan dari masyarakat terhadap pelayanan keprotokolan yang diberikan oleh aparat, bahkan dipandang sebagai salah satu faktor penyebab lambatnya pelayanan publik.
"Ini tentunya menjadi tantangan untuk introspeksi diri guna reformasi kinerja. Kita berharap selalu kedepan ada perbaikan yang dilakukan," sebutnya.
Lanjut mantan Kepala Biro Humas dan Protokol Sekda Sulsel ini, bahwa pelayanan keprotokolan akan berimplikasi terhadap citra institusi serta martabat pimpinan.
"Acara akan sukses tergantung protokol dan ini menunjang suksesnya pemerintahan daerah, pimpinan juga bisa eksis karena protokol," ujarnya.
Dia mengakui, bahwa salah satu jabatan yang paling melelahkan di pemerintahan, memiliki beban kerja yang tinggi adalah di bagian humas dan protokol.
"Saya cuma empat bulan di sana, tapi turun timbangan badan saya. Kita sudah hadir di rumah jabatan jam 06.00 paling lambat jam 07.00, kita pulang jam 12.00 malam karena aktivitas pimpinan sangat dinamis," ujarnya.
Sedangkan, Kepala Biro Humas dan Protokol Devo Khaddafi menyampaikan, saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0 maka tantangan ke depan mengantisipasi terhadap peran-peran protokol yang akan tergantikan oleh kecanggihan buatan. Untuk itu aparat protokol harus mampu beradaptasi.
"Ada beberapa yang perlu menjadi catatan 4.0 yang paling pertama adalah karakter yang harus adaktif, kreatif, dan responsif," kata Devo.
Protokol 4.0 selain memiliki karakter, juga harus mampu berkolaborasi dan memiliki kompetensi. Berkolaborasi dengan pihak lain serta menghilangkan ego sektoral. Memiliki kompetensi yang sebagai seorang aparatur protokol seperti, mampu menjaga citra institusi, memiliki kemampuan berbahasa dan berkomunikasi yang baik, menguasai teknologi dan berpenampilan baik.
Devo menekankan, seorang protokol juga harus memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik. Pekerjaan yang sangat dinamis dan berkaitan dengan kepentingan banyak pihak, sehingga dituntut untuk tampil sebaik mungkin. Protokol harus mampu mengelola emosi dengan baik.
Sementara itu, Kepala Bagian Protokol Sekda Sulsel Amson Padolo menyebutkan, workshop ini diharapkan mampu memberikan pemahaman lebih luas dalam kondisi dinamis saat ini. Termasuk pada perubahan yang berkaitan dengan undang-undang keprotokolan dan pelaksanaan undang-undang tersebut.
"menyatukan visi tentang protokol, sasaran diharapkan akan meningkatkan profesionalisme dalam pelaksanaan keprotokolan," sebut Wakil Ketua Forum Protokol Indonesia ini.
Rabu, 12 Desember 2018 (Srf/Na)