Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan mengekspor sebanyak 500 kontainer yang berisi 18 komiditas dengan negara tujuan ekspor, Jepang, China, Hongkong, Vietnam, Kore adan Taiwan. 

18 komoditi tersebut terdiri dari marble, karagenan, mete kupas, cashew shell cake, cashew nut hull, cocoa cake, coconut dan coffee, frozen fish, frozen shrimp, fero nickel, fine wheat bran, grill flying fish, oleo pine resine, pepper, plywood dan seaweed. dengan volume 7.930,51 ton senilai US$ 19,75 juta.

Pada kesempatan tersebut Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah mengatakan akan melakukan evaluasi semua yang menjadi penghambat investasi, antara lain dengan banyaknya aturan seperti peraturan walikota, peraturan bupati dan peraturan gubernur. 

"Kita akan mengevaluasi semua yang menghambat investasi, karena saya kira sangat jelas arahan bapak presiden yang bertema ciptakan lapangan kerja dan mendorong SDM yang unggul," jelas Gubernur dihadapan Mentri perdagangan RI dan seluruh pelaku eksportir, di Pelabuhan Makassar, Rabu (20 November 2019). 

Menurut Nurdin, tema sentral pemerintah pusat dibawah kepemimpinan Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin adalah bagaimana menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul dan kolaborasi yang baik antar pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. 

"Saya kira ini dua tema sentral, kita bisa menjabarkan bahwa kita harus bekerja berkolaborasi, kita harus bersinergi dan ini sudah dilakukan di Pelindo. Alhamdulillah saya kira kedepan ini terus harus dijaga dengan baik dan kita terus melakukan koreksi-koreksi apa yang menjadi hambatan hambatan ekspor," jelas Nurdin.

Selain itu, Gubernur Sulsel juga meminta kepada seluruh perbankan agar meningkatkan produksi rumput laut menjadi kebutuhan pokok, salah satu perusahaan di Sulsel sendiri mencapai 100 ton perharinya, sementara yang tersedia hanya berkisar 30 sampai 50 ton saja perharinya.

"Exportir kita Alhamdulillah harga-harga komoditas kita naik, terutama rumput laut yang tadinya hanya Rp 6.000 sampai Rp 7.000, hari ini sudah mencapai Rp 28.000," katanya 

Hal tersebut bisa berkembang dikarenakan adanya Industri olahan rumput laut di Sulsel sendiri. Industri-industri akan terus hadir dengan adanya kepastian bagi pengusaha dari pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten kota. 

"2019 ini kita sudah punya industri pengolahan, jadi sekarang sudah sampai kerajinan, mungkin melalui forum ini juga saya sampaikan rekan-rekan perbankan tinggal bagaimana produksi rumput laut kita naikkan, karena jujur saja industri terpasang itu kapasitas 100 ton per hari tapi kita baru mampu mensuplai sekitar 30 sampai 50 ton," pungkasnya.

Adapun eksportir yang berpartisipasi pada pelepasan ekspor saat ini yakni PT. Comextra Majora, PT. Biota Laut Ganggang, PT. Karbon Tionin Semesta, PT. Tri Mustika Cocominaesa, PT. Toarco Jaya, PT. Parlevliet Paraba Seafood, PT. Usaha Central Jaya Sakti, PT. Dwira Masagena, UD. Anugerah Bintang Cemerlang, PT. Bogatama Marinusa. PT. Marine Products, PT. South Suco, PT. Huadi Nickel, P Eastern Pearl Flour Mills, CV. Sakura Prima, PT. IStana Palapa Kertas, PT. Adimitra Pinus Utama, CV. Anugerah Lestari, CV. Anugerah Sejahtera, PT. Panca Usaha Palopo, PT. Mega Citra Karya, PT. Asia Mina Sejahtera, PT. Sutraco Nusantara Megah, CV. Guna Bahari Indonesia, UD. Rahmat Bahari, dan PT. Sumber Guna. 

Rabu, 20 November 2019 (Srf/Na)