Jakarta, sulselprov.go.id - Penjabat (Pj) Sekertaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Andi Muhammad Arsjad menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2023, di Graha Bhasvara Icchana, Jakarta, Rabu 29 November 2023.
Pertemuan Tahunan dengan tema 'Sinergi Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Nasional' ini dirangkaikan dengan Penganugerahan Bank Indonesia Award 2023 serta arahan Presiden RI Joko Widodo.
Andi Muhammad Arsjad mengatakan, kegiatan ini membahas terkait kondisi ekonomi di Indonesia dengan berbagai tantangan yang dihadapi pemerintah saat ini, ditengah kondisi krisis global akibat terjadinya peperangan Ukraina dan Rusia, konflik Palestina dan Israel, serta akibat kondisi iklim yang terjadi akhir-akhir ini, serta potensi dan tantangan ekonomi Indonesia di tahun 2024 mendatang.
"Meskipun tantangan tahun depan tidak mudah dengan berbagai persoalan yang terjadi akibat adanya perang dan perubahan iklim jadi isu yang perlu diantisipasi, karena dampaknya bisa saja mempengaruhi ekonomi Indonesia dan ekonomi secara global," ucapnya.
Muhammad Arsjad juga mengungkapkan, berdasarkan arahan Presiden agar setiap daerah perlu melakukan upaya ketahanan pangan dan terus bersinergi dan berkolaborasi dalam mengantisipasi krisis yang terjadi secara global.
Bahkan, lanjutnya, arahan presiden itu juga disampaikan terkait dengan pertumbuhan ekonomi nasional di kisaran 5 persen, serta realisasi belanja pemerintah yang masih rendah baik yang terjadi di daerah maupun di pemerintah pusat.
"Arahan ini akan kita laporkan ke pimpinan dalam hal ini Pak Gubernur dalam rangka pembangunan kedepan termasuk mengantisipasi kondisi yang saat ini yang sedang terjadi secara menyeluruh. Jadi pada prinsipnya pertemuan ini mengharapkan sinergi kolaborasi semua pihak dalam mengantispasi yang terjadi secara global," ungkapnya.
Muhammad Arsjad menegaskan, arahan presiden ini akan menjadi perhatian Pemerintah Provinsi dalam upaya peningkatan ketahanan pangan di Sulsel yang tentu saja telah didukung dengan hadirnya program pemerintah yang telah dicanangkan PJ Gubernur Sulsel melalui skema pengembangan budidaya tanaman pisang.
"Untuk Sulsel tentu siap tidak siap dan ini tentu akan menjadi perhatian kita dan kita sama-sama tahu, Pj Gubernur dalam upaya peningkatan ketahanan pangan kita ada skema pengembangan melalui Budidaya Pisang. Ini menjadi solusi tanaman pangan dan hortikultura, bagaimana mengatasi dampak ketahanan pangan dan kemiskinan ekstrim di Sulsel," tegasnya.
Sementara itu, Presiden RI Joko Widodo dalam arahannya mengatakan kondisi ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja karena adanya dampak konflik antar negara yang terjadi, seperti perang Ukraina dan Rusia, perang yang terjadi di Gaza, dan gejolak ekonomi global.
Menurutnya, dampak akibat peristiwa tersebut akan sangat menganggu stabilitas ekonomi negara termasuk Indonesia yang berdampak pada rantai pasok global, lonjakan harga pangan, lonjakan harga energi dan berbagai sektor lainnya.
"Dampak perang yang ada harus sama-sama kita antisipasi karena kalau sudah yang namanya perang, ini ganggunya kemana-mana. Gangguan rantai pasok global, lonjakan harga pangan,lonjakan harga energi semuanya akan berdampak. Perang ini sudah betul-betul kita rasakan dan dampaknya kemana-mana. Pemanasan global juga betul-betul kita rasakan akibatnya, produksi pangan kita sedikit menurun dan 22 negara membatasi ekspor pangan," ungkapnya.
Jokowi juga mengatakan ditengah kondisi global yang terjadi, Indonesia patut bersyukur karena pertumbuhan ekonomi saat ini tetap stabil pada kisaran angka 5 persen lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara lainnya, seperti Malaysia, Amerika, Korea Selatan, dan Uni Eropa.
Meski demikian, Jokowi mengaku pertumbuhan ekonomi ini ternyata masih belum mempengaruhi peredaran uang dimasyarakat khususnya bagi para pelaku UMKM.
"Tapi apapun yang terjadi, patut kita syukuri di Indonesia masih tetap tumbuh dan stabil pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen. Kalau kita bandingkan pertumbuhan ekonomi kita 5 persen, Malaysia tadi saya dapat datanya 3,3 persen, Amerika 2,9 persen, Korea Selatan 1,4 persen, Uni Eropa 0,1 persen. inilah yang patuti kita syukuri kita masih diangka 5 persen," jelasnya.
Tidak hanya itu, Inflasi secara nasional juga masih cenderung stabil pada angka 2,6 persen. Hanya saja, kondisi ini tetap harus menjadi perhatian dan perlu untuk diwaspadai untuk pangan, khususnya beras. (*)