- Klaim Kantongi 154 Rekomendasi Tertulis

SURABAYA - Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, memastikan tidak akan ikut bertarung di Musyawarah Nasional (Munas) Golkar sebagai Calon Ketua Umum (Caketum) jika syaratnya harus menyetor sejumlah uang. Apalagi, jika nominalnya mencapai miliaran.

"Saya pastikan, saya tidak ikut munas kalau pakai bayar-bayaran," tegas Syahrul, saat berkunjung ke kantor Harian Jawa Pos di Surabaya, Kamis (14/4/2016).

Pernyataan Syahrul tersebut menyusul adanya wacana yang disampaikan panitia pelaksana munas jika kandidat yang bertarung di Munas Golkar harus menyetor sejumlah uang. Meskipun nominalnya belum ditetapkan, namun panitia munas mengaku dana yang dibutuhkan mencapai Rp 80 miliar.  

"Kalau alasannya karena diantaranya untuk bayar hotel dan lain-lain, kenapa tidak sekalian laksanakan di tenda saja. Simpelnya kan seperti itu. Kenapa harus ada bayar-bayaran sampai nominalnya besar," lanjutnya.

Syahrul yang diterima Pimpinan Redaksi Harian Jawa Pos, Nur Wahid secara tegas menolak mahar politik. Alasannya, jika Munas Golkar kali ini dimulai dengan mahar politik, maka hal tersebut akan berlanjut lagi untuk selanjutnya.

"Kalau kita mulai dengan politik mahar itu, maka itu akan berlanjut lagi seterusnya. Munas pakai bayar-bayaran, itu model kapitalisme. Yang rugi siapa? Tentu saja rakyat. Politik dengan model kapitalisme seperti itu gampang goyang, ditarik kiri ditarik kanan. Kalau partai politik begitu, pemerintahan juga akan begitu," terangnya.

Ketua DPD I Golkar Sulsel ini menyatakan, kedatangannya ke kantor Harian Jawa Pos di Surabaya, untuk meminta keterlibatan semua pihak mengawal terlaksananya Munas Golkar. Munas yang rencananya digelar di Bali pada Mei tersebut bukan hanya untuk kepentingan politik golkar, tapi momentum sejarah sebuah negeri yang harus punya kontrol politik yang kuat. 

"Kita semua berharap memiliki partai yang membangun. Golkar ini adalah milik rakyat, harus bisa didorong sebagai partai yang mampu menjadi patron politik," ujarnya.

Golkar sebagai partai besar, kata Syahrul, memiliki infrastruktur yang lengkap. Sayangnya, partai tersebut salah manage. Karena itu, ke depannya Golkar harus bisa menemukan harapan dan kebutuhan rakyat dan mampu membangun komitmen-komitmen untuk memberikan arti bagi kepentingan rakyat. 

"Saya harap, kita tidak membiarkan Golkar seperti ini. Kalau ada partai yang kemudian berjalan di luar koridor kebangsaan, kita tidak akan menemukan hal yang berarti bagi negara. Jangan sampai partai politik kita besok jadi sistem kapitalis," katanya lagi.

Menurutnya, Munas Golkar ini adalah awal dari rekruitmen kepemimpinan. "Kalau dimulai dari hal-hal yang tidak benar, bagaimana kedepannya. Golkar dulu kan bukan partai, tapi golongan. Inilah yang kemudian tercabut," tegasnya.

Ia mengklaim, sudah ada 307 pemilik suara yang datang menemuinya di Makassar. Walau belum pasti mendukung, namun paling tidak sudah mau mendengarkan visi misinya untuk membesarkan Partai Golkar. Selain itu, sudah ada 154 DPD I dan II yang memberikan rekomendasi tertulisnya.

"Hampir semua kandidat datang menemui saya di Makassar, dan saya yakin yang datang menemui saya itu punya idealisme untuk membesarkan partai," imbuhnya.

Kamis, 14 April 2016 (Dw/Er)